Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia secara umum melihat masih ada ruang untuk melonggarkan moneter lebih jauh setelah suku bunga acuan pada Januari 2016 telah turun. Seperti diketahui, Bank Indonesia telah melakukan penyesuaian suku bunga acuan dari 7,5% menjadi 7,25%.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo meyakini stabilitas keuangan, permodalan perbankan dan rasio kesehatannya akan terjaga. Menurutnya, itu menjadi perkembangan yang baik bagi ekonomi domestik Indonesia.
Namun, Bank Indonesia akan terus memperhatikan perkembangan ekonomi global terutama dari dampak dari perekonomian China yang masih ada rebalancing. Dia memprediksi pertumbuhan ekonomi China masih pelan dan nilai tukar mata uang Yuan terhadap dolar AS masih akan mengalami volatilitas.
“Karena ekokonomi China ada pelemahan akibatnya harga komoditas lain ada tertekan. Kita memahami bahwa kondisi ini bisa berdampak kepada negara berkembang, khususnya kalau seandainya ada tekanan dalam capital flow-nya,” ucapnya di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (15/1/2016).
Selain itu, Bank Indonesia akan terus mencermati perkembangan geopolitik seperti kondisi di Timur Tengah yang semakin menghangat, percobaan bom yang dilakukan Korea Utara, dan sebagainya. Menurutnya, saat ini Indonesia masih dalam situasi ekonomi yang baik tetapi perkembangan ekonomi dunia tetap harus diwaspadai.
“Nanti kita lihat dan kita harapkan kondisi akan terus bisa terjaga sehingga peluang dari pelonggaran moneter lebih jauh bisa dilakukan,” katanya.