Bisnis.com, JAKARTA -- Untuk menunjang percepatan pembangunan jalan tol di Sumatera, Hutama Karya menggunakan teknologi khusus dalam pengerjaannya, yakni vakum untuk memadatkan tanah, karena sebagian besar tanahnya berupa rawa-rawa.
“Ruas Palembang—Simpang Indralaya ini paling cepat proses pembebasan tanahnya karena tanah rawa. Pengerjaannya juga cepat karena menggunakan teknologi vakum,” jelas Direktur Operasional PT Hutama Karya (Persero) Bambang Pramusinto kepada Bisnis.com, Jakarta, Jumat (8/1/2016).
Pengerjaan proyek ini tidak seperti dulu menggunakan teknologi preloading yang dapat menghabiskan waktu 1 tahun untuk memadatkan tanah. Kalau sekarang 3—4 bulan tanah sudah menurun 1—2 meter. Jadi, selama jalan tol dioperasikan nanti, diharapkan hanya 5% penurunannya.
Menurutnya, proyek jalan tol terhambat di proses pembebasan lahan, seperti di ruas Bakauheni—Terbanggi Besar. Pembebasan tanah yang dimulai sejak 2015 masih terbilang lambat. Dari 36 km yang menjadi target pembebasan lahan pada 2015, baru 25 km yang terbebaskan, sehingga sisa lahan yang belum terbebaskan menjadi program Kementerian PUPR pada awal tahun 2016.
Adapun empat ruas tambahan belum dilakukan pembebasan lahan selama 2015 dan baru dilakukan penetapan lokasi. Sehingga, semuanya ditargetkan selesai pada 2019.
Pembangunan Trans Sumatera menjadi perhatian di era pemerintahan Presiden Joko Widodo, khusunya jalur Bakauheni—Terbanggi Besar—Kayu Agung kemudian dapat disambungkan dengan Kayu Agung—Palembang sangat krusial, terutama untuk konektivitas jalur ekonomi Jawa-Sumatera.