Bisnis.com, JAKARTA -- Kondisi harga batu bara pada tahun depan diprediksi tidak akan jauh berbeda dari tahun ini, atau bahkan justru lebih buruk.
Harga batu bara acuan (HBA) rata-rata tahun ini tercatat senilai US$60,13 per ton atau anjlok 17,2% dibandingkan dengan HBA rata-rata pada 2014yang senilai US$72,62 per ton.Jika dibandingkan dengan HBA tahunan rata-rata tertinggi yang pernah dicapai, yakni pada 2011 senilai US$118,4 per ton, maka nilainya sudah tergerus hingga 49,21%.
Adapun HBA bulanan pada tahun ini ditutup pada level US$53,51 per ton. Posisi tersebut sekaligus menjadi yang terendah sejak 2009.
HBA tersebut turun 1,69% dibanding dengan HBA November 2015 senilai US$54,43. Bahkan, jika dibandingkan dengan nilai HBA tertinggi pada Februari 2011 senilai US$127,05 per ton, penurunannya sudah mencapai 57,88%.
Ketua Indonesian Mining Institute (IMI) Irwandy Arif mengatakan, indeks batu bara di luar negeri bahkan sudah sempat menyentuh level US$52 per ton. Kondisi tersebut diperkirakan masih akan berlanjut pada tahun depan.
"Dari forecast bank-bank besar dunia, harga batu bara rata-rata pada 2016 akan turun sekitar US$2 per ton dari tahun 2015," katanya kepada Bisnis, Senin (14/12/2015).
Menurutnya, prediksi tersebut kemungkinan besar akan terjadi bila tidak ada kejadian luar biasa yang mampu mengangkat harga komoditi tersebut.
"Misalnya tiba-tiba ada perang, sehingga suplai minyak bumi berkurang, bencana di negara produksi minyak bumi, atau perkembangan energi terbarukan termasuk shale gas mandek," tuturnya.