Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi mainan edukatif menargetkan untuk tumbuh 20% tahun depan, didorong dengan berkurangnya mainan impor yang masuk ke pasar nasional.
Ketua Asosiasi Pegiat Mainan Edukatif dan Tradisional Indonesia (APMETI) Danang Sasongko mengatakan bahwa penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) Wajib untuk mainan anak, produk impor berharga murah semakin sulit untuk menembus pasar Indonesia.
“Tahun ini tumbuh sekitar 20%, makanya tahun depan setidaknya harus bisa dipertahankan. Dibanding 2014, mainan impor itu sudah berkurang. Kalau dulu mainan impor bisa masuk ke [proyek pengadaan] dinas, sekarang sudah tidak bisa,” katanya kepada Bisnis baru-baru ini.
Selain itu, pengetatan pengawasan di pelabuhan-pelabuhan yang menjadi pintu masuk produk impor juga dinilai cukup efektif dalam membuat produk impor yang tak berstandardisasi untuk masuk.
Kendati industri mainan edukatif turut mengalami perlambatan pada tiga kuartal pertama, Danang menjelaskan bahwa perbaikan mulai terasa sejak Oktober 2015. Menurutnya, mulai banyak proyek pengadaan yang mengompensasi penurunan di sepanjang tahun ini akibat menurunnya daya beli masyarakat.
“Sekarang sedang banyak-banyaknya pengadaan dari pemerintah. Termasuk juga dari program-program CSR [corporate social responsibility] perusahaan swasta, ada peningkatan di tahun ini. Jadi stok-stok yang ada bisa keluar semua,” ujarnya.