Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BPS: Ekspor Sumbar Selama Oktober 2015 Naik 10,28%

Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatra Barat (Sumbar) mencatat ekspor daerah itu pada Oktober 2015 naik 10,28% dibandingkan dengan September, dengan nilai total mencapai US$157,8 juta.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, PADANG -- Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat (Sumbar) mencatat ekspor daerah itu pada Oktober 2015 naik 10,28 persen dibandingkan September, dengan nilai total mencapai US$157,8 juta.

"Pada September 2015 ekspor Sumbar mencapai US$143,1 juta, Oktober naik menjadi US$157,8 juta yang semuanya berasal dari komoditas nonmigas," kata Kepala BPS Sumbar Yomin Tofri di Padang, Senin (16/11/2015).

Menurut dia, peningkatan ekspor nonmigas Oktober 2015 terjadi pada beberapa negara tujuan yaitu India US$55 juta, Singapura US$29,4 juta, Amerika Serikat US$21,2 juta, dan Bangladesh US$15,4 juta.

Golongan barang ekspor paling besar pada Oktober adalah lemak dan minyak hewan menghasilkan devisa US$109,5 juta, karet dan barang dari karet US$30,8 juta dan bahan-bahan nabati US$3,3 juta, kata dia.

Ia menyebutkan ekspor ke India memberikan peran sebesar 36,54 persen terhadap total ekspor Sumbar Oktober 2015, Amerika Serikat 18,75%, dan Singapura 9,95%.

Sementara, menurut sektor ekspor produk industri Oktober 2015 meningkat sebesar 8,93% dibanding September 2015.

Ia menambahkan ekspor pada Oktober 2015 semuanya melalui pelabuhan muat Teluk Bayur yang turun 21,67% dibanding dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Sementara itu, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumbar Puji Atmoko mengatakan komoditas ekspor daerah itu masih didominasi oleh crude palm oil (CPO) atau minyak sawit serta karet dalam lima tahun terakhir.

"Hasil industri pengolahan di sektor perkebunan masih menjadi komoditas ekspor utama di CPO berkontribusi sebesar 71% persen dan karet 16 persen," kata dia.

Namun ia menilai negara-negara tujuan ekspor sedang mengalami perlambatan ekonomi sehingga memengaruhi ekspor dan salah satu cara menyiasati adalah melalui industri pengolahan, agar produk yang dijual memiliki nilai tambah.

Ke depan yang perlu dilakukan adalah meningkatkan nilai tambah CPO melalui industri pengolahan jika peningkatan produksi tidak dimungkinkan lagi, kata dia.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Martin Sihombing
Sumber : ANTARA

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper