Bisnis.com, TUBAN - PT Pertamina (Persero) masih membutuhakan kondensat impor sebagai bahan baku untuk menghasilkan produk bahan bakar minyak (BBM) dan petrokimia di Kilang Trans-Pacific Petrochemical Indotama (TPPI).
Dwi Soetjipto, Direktur Utama Pertamina, mengatakan saat ini Kilang TPPI masih membutuhkan kondensat impor, karena masih dalam tahap pengalihan bahan baku yang digunakan. Kilang tersebut membutuhkan 100.000 barel kondensat per hari, agar dapat memproduksi BBM sebanyak 61.000 barel per hari.
“Pasokan kondensat dilakukan dari dalam negeri, dan kekurangannya itu impor, karena harus ada switch kondensat terlebih dulu,” katanya di Kompleks Kilang TPPI, Tuban, Rabu (11/11/2015).
Saat ini produksi Kilang TPPI telah mencapai 70% dari total kapasitasnya sebanyak 61.000 barel per hari. Dari jumlah produksi tersebut, pemerintah telah berhasil mengurangi BBM jenis Premium sebanyak 19%.
Sekadar diketahui, saat ini konsumsi Premium nasional mencapai 29,5 juta kilo liter per tahun. Dari jumlah tersebut, 17,1 juta barel di antaranya diperoleh dari luar negeri melalui skema impor.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) sendiri telah memerintahkan Pertamina untuk mengoperasikan Kilang TPPI secara optimal pada akhir tahun ini. Dengan begitu, pemerintah dapat mengurangi impor BBM jenis Premium dan Solar lebih banyak, dan menghemat devisa negara.
Apabila Kilang TPPI dan residual fluid catalytic crack (RFCC) Cilacap beroperasi penuh, maka pemerintah dapat mengurangi impor Premium hingga 39%, dan menghentikan impor Solar.
Adapun nilai penghematan devisa dari pengurangan impor tersebut mencapai US$2,6 miliar per tahun.