Bisnis.com, PADANG—Serikat Petani Indonesia (SPI) mendorong petani karet di Sumatra dan Kalimantan beralih menanam komoditas pertanian yang memiliki nilai jual tinggi, menyusul rendahnya harga karet di tingkat petani.
Ketua Umum SPI Henry Saragih menyebutkan sejumlah petani kebun di Lampung, Sumatra Selatan dan Jambi yang selama ini fokus menggarap lahan karet mulai mengganti komoditas dengan menanam padi dan pertanian hortikultura.
“Sudah saatnya petani diajak untuk menanam komoditas lain, yang masih impor. Seperti kedelai, jagung, atau tanaman hortikultura,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (5/11).
Menurutnya, petani sudah harus cerdas memilih komoditas yang permintaan pasarnya masih tinggi, sehingga produk yang dihasilkan memiliki harga tinggi di pasaran dan mampu mengangkat kesejahteraan petani.
Karet, sambungnya, tidak mungkin lagi diharapkan untuk menopang kehidupan petani. Sebab, harga karet sejak dua tahun terakhir mengalami penurunan terus menerus akibat melemahnya permintaan global, serta persaingan produk di sejumlah negara Asean.
Solusinya, SPI menyarankan pemerintah mendorong petani untuk beralih ke komoditas potensial yang sebagian besar masih diimpor.
“Mestinya pemerintah lebih perhatian dengan nasib petani karet, dan mengarahkan untuk mengembangkan komoditas lain yang masih potensial,” ucapnya.
Apalagi, pemerintah dinilai gagal mengintervensi pasar komoditas karet, dengan tidak adanya kebijakan hilirisasi industri karet, sehingga harga komoditas itu di pasar domestik sangat tergantung permintaan asing.
Lemahnya harga karet itu, menyebabkan sebagian besar petani di wilayah Sumatra sudah pasrah dengan tidak adanya perbaikan harga komoditas utama tersebut. Sebagian memilih beralih ke komoditas lain, sayur dan buah, dan peternak sapi.
“Sekarang ya pasrah saja, karena mau mengadu juga tidak tahu ke siapa. Semoga saja pemerintah bisa membantu naikkan lagi harga karet,” kata Zubir, petani karet di Kabupaten Tebo, Jambi.
Dia menyebutkan harga jual karet di daerah itu berkisar Rp4.000 – Rp6.000 per kilogram. Selain harga yang rendah, musim panas dalam beberapa bulan terakhir juga menyebabkan produksi getah karet menurun.
Zubir menjelaskan, di hari normal untuk 1 hektar lahan karet bisa menghasilkan getah kering hingga 80 kilogram per minggu. Namun, dengan ketiadaan hujan produksi getah karet turun hingga setengahnya atau rerata hanya 40 kilogram per minggu.
Harga Terpuruk, SPI Dorong Petani Tinggalkan Karet
Serikat Petani Indonesia (SPI) mendorong petani karet di Sumatra dan Kalimantan beralih menanam komoditas pertanian yang memiliki nilai jual tinggi, menyusul rendahnya harga karet di tingkat petani.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Heri Faisal
Editor : Rustam Agus
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
3 jam yang lalu
Di Balik Aksi Lo Kheng Hong Borong Puluhan Juta Saham PGAS
7 jam yang lalu