Bisnis.com, JAKARTA—Pemerintah Finlandia menyatakan tengah berupaya menggandakan nilai investasi perusahaan Finlandia di Indonesia dari saat ini sekitar 500 juta euro.
Timo Soini, Menteri Luar Negeri Finlandia, mengatakan Indonesia merupakan negara tujuan investasi yang sangat menjanjikan seiring dengan ketersediaan sumber daya alam yang berlimpah serta pertumbuhan ekonomi yang stabil dikisaran 5% hingga 6,5% setiap tahun.
“Ada banyak sektor yang menarik di Indonesia, seperti pulp, dan minyak sawit. Selain itu, pelabuhan dan sistem logistik sangat penting untuk menghubungkan 17.000 pulau yang dimiliki Indonesia,” ujarnya usai menemui Menteri Perindustrian RI, Rabu (4/11/2015).
Secara resmi, lanjutnya, Finlandia telah menandatangani nota kesepahaman dengan Indonesia dalam meningkatkan efisiensi energi. Korporasi Finlandia bertekad membantu Indonesia dalam penyediaan teknologi pembangkit listrik yang hemat energi.
Secara riil, dalam kunjungan kali ini pemerintah Finlandia membawa tiga perusahaan besar yakni Outotec OYJ—industri teknologi logam, mineral, water treatment—, Oilon Oy yakni industri teknologi pembangkit listrik, pulp& kertas, serta Konecranes PLC yakni industri cranes untuk pelabuhan, otomotif dan pertambangan.
Direktur Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan pemerintah Finlandia ingin berkontribusi dalam merealisasi target investasi asing di Indonesia.
“Mereka melihat target dan proyeksi realisasi investasi di Indonesia sangat ambisius. Dengan segala dorongan pemerintah Indonesia untuk merealisasikan target tersebut, mereka ingin ambil bagian,” tuturnya.
Sejumlah perusahaan Finlandia yang telah eksis di Indonesia, lanjutnya, ingin berkontribusi lebih dalam sejumlah proyek. Misalnya, Outotec OYJ yang saat ini teknologinya telah digunakan oleh PT Antam dan PT Krakatau Steel ingin menambah jumlah kerja sama dengan perusahaan Indonesia.
Selain itu, Konecranes PLC juga telah eksis di Indonesia sejak 1998 dan saat ini bekerja sama dengan PT Pelindo di Surabaya. Berdasarkan data perdagangan, lanjutnya, dalam lima tahun terakhir Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan dengan Finlandia.
Pada 2010 defisit neraca perdagangan Indonesia dengan Finlandia mencapai US$236 juta, kemudian meningkat menjadi US$281 juta pada 2011, US$251 juta pada 2012, US$293 juta pada 2013 dan US$557 juta pada 2014.
Ekspor Indonesia ke Finlandia didominasi oleh karet, alas kaki, keramik, produk kayu olahan dan lainnya. Sementara ekspor Finlandia ke Indonesia di dominasi oleh alat elektrik, elektronik, permesinan, reactor nuklir, boiler dan lainnya.
Saleh Husin, Menteri Perindustrian, meminta Finlandia memperkuat pengembangan 14 kawasan industri di luar Pulau Jawa dengan membangun pelabuhan serta penyediaan teknologi dan permesinan yang dibutuhkan.
“Finlandia dapat masuk ke kawasan industri sebagai pemasok dan berinvestasi dengan menggandeng mitra lokal. Mereka juga kuat di teknologi pembangkit listrik dan energi alternatif yang dibutuhkan di remote area.” katanya.