Bisnis.com, JAKARTA—Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil (Pupuk) mendesak pemerintah segera memberlakukan sistem resi gudang rotan guna menstabilkan harga yang kian turun usai pemberlakuan larangan ekspor rotan mentah.
Listoman Tanjung, Program Director Pupuk, mengatakan dengan total produksi bahan baku rotan sebesar 600.000 ton per tahun, Indonesia menjadi penghasil rotan terbesar di dunia dengan porsi mencapai 85%.
“Sayangnya serapan industri hilir nasional per tahun hanya 100.000 – 150.000 ton per tahun, akibat kelebihan pasokan harga bahan baku rotan sangat anjlok menjadi Rp1.000 per kilogram dari harga ideal Rp2.500 per kg,” ujarnya di Jakarta, Selasa (3/11/2015).
Serapan dari industri hilir yang minim, menurutnya, juga disebabkan permintaan pasar baik global maupun domestik yang belum tinggi. Saat ini, porsi produk berbahan dasar rotan hanya sekitar 20% dari total ekspor furnitur Indonesia.
Oleh karena itu, lanjutnya, pemerintah harus segera memperbaiki tata kelola industri rotan dengan menerapkan sistem resi gudang sesuai dengan amanat Peraturan Menteri Perdagangan No. 37/ 2011 tentang Barang Yang Dapat Disimpan di Gudang Dalam Penyelenggaraan Sistem Resi Gudang.
Tarik ulur realisasi program yang tak kunjung usai sejak permendag tersebut diluncurkan, lanjutnya, menyebabkan industri kerajinan rotan Tanah Air sulit berkembang. Di satu sisi industri hilir kesulitan bahan baku, namun di sisi lain industri hulu kelebihan produksi.
Padahal, lanjutnya, sejak 2013 pihaknya bersama dengan pusat inovasi rotan Jerman atau Inovationszentrum Lichttenfels (IZL), SNV Netherlands Development Organization, Kementerian Perindustrian dan Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia menjalankan program peningkatan produksi rotan ramah lingkungan.
Pasar internasional yang sangat memperhatikan kelestarian lingkungan membutuhkan kepastian bahwa produk furnitur rotan asal Indonesia tidak merusak lingkungan. Dengan demikian, peningkatan penjualan rotan asal Indonesia dapat tercapai.
Tidak diberlakukannya sistem resi gudang sejak ekspor rotan mentah ditutup, menyebabkan tidak ada kepastian serapan pasar di dalam negeri. Akibatnya, para petani rotan mulai mengalihfungsikan lahan ke tanaman lain.
Saat ini, lanjutnya, produsen bahan baku rotan berharap industri hilir dapat meningkatkan serapan rotan hingga 85%. Jika ekspor furnitur lima tahun ke depan ditargetkan US$5 miliar, maka kapasitas produksi rotan harus meningkat empat kali lipat dari saat ini.
Sistem resi gudang juga dibutuhkan guna memberikan kepastian pendanaan dari perbankan. Selama ini perbankan menyatakan siap memberikan bantuan dana dengan syarat produsen bahan baku rotan harus memiliki kepastian serapan produksi di dalam negeri.