Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wapres: Perdagangan Bebas Bisa Picu Monopoli

Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan perdagangan bebas yang banyak digaungkan dalam perjanjian bilateral dan regional sebenarnya juga dapat menimbulkan monopoli.
Jusuf Kalla/Reuters-Beawiharta
Jusuf Kalla/Reuters-Beawiharta

Bisnis.com, JAKARTA - Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan perdagangan bebas yang banyak digaungkan dalam perjanjian bilateral dan regional sebenarnya juga dapat menimbulkan monopoli.

"Perdagangan bebas itu sendiri juga dapat menimbulkan monopoli," kata Jusuf Kalla dalam acara penandatanganan MoU antara KPPU dan Kadin di kantor Wapres, Selasa (3/11/2015).

Dengan demikian, menurut Kalla, monopoli juga dapat timbul tidak hanya dari iklim perpolitikan yang otoriter tetapi juga dalam bentuk perdagangan bebas.

Wapres berpendapat bahwa efisiensi dalam perekonomian nasional bukan saja karena pengembangan persaingan usaha yang sehat tetapi ada faktor lain yang perlu diperhitungkan seperti infrastruktur dan birokrasi.

Untuk itu, ujar dia, tugas pemerintah dalam membenahi infrastruktur serta memperbaiki birokrasi yang panjang dan meruwetkan.

Kalla menginginkan agar terciptanya "free and fair trade" (perdagangan yang bebas tetapi juga adil) sehingga perusahaan-perusahaan yang besar tidak "memakan" perusahaan-perusahaan yang kecil tetapi dapat hidup berdampingan secara bersama-sama.

Apalagi, lanjutnya, selaras dengan konstitusi maka secara jelas perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan gotong royong.

Sebelumnya, LSM Indonesia for Global Justice menyatakan paham liberalisasi perekonomian telah mengganggu stabilitas harga pangan nasional sehingga pemerintah seharusnya menjauhi paham tersebut.

"Liberalisasi pasar yang terjadi dalam era ekonomi abad ke-21 ini telah menghilangkan kontrol negara atas sistem pangan yang berdaulat," kata Direktur Eksekutif Indonesia for Global Justice Riza Damanik di Jakarta, Selasa (13/10/2015).

Menurutnya, era liberalisasi pangan dan pertanian dimulai sejak berlakunya perjanjian WTO yang mendorong pembukaan pasar pertanian melalui penghapusan tarif dan melarang negara untuk membuat kebijakan pangan dan pertanian yang berdampak terhadap distorsi harga pangan global.

Padahal, ia mengingatkan bahwa hampir di sepanjang tahun 2015, persoalan mengenai stabilitas harga pangan terus mewarnai isu di Indonesia.

Kondisi pelemahan ekonomi global yang ditunjukan melalui penurunan harga komoditas di pasar global, lanjutnya, memiliki dampak sensitif terhadap stabilitas harga pangan nasional.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper