Bisnis.com, JAKARTA—Pemerintah mendorong para pelaku industri beton pracetak untuk menyempurnakan teknlogi penghasil beton berkualitas tinggi sembari menjanjikan akan memprioritaskan pemanfaatan beton pracetak dalam proyek infrastruktur.
Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Hediyanto W. Husaini mengatakan, saat ini pemerintah sebagai pengguna jasa konstruksi belum begitu puas dengan teknologi beton pracetak.
“Kita ingin beton yang lebih ringan, lebih murah, lebih indah, lebih kuat, lebih tahan lama dan lebih green, tidak merusak alam secara berkelanjutan. Saya ingin menantang para pelaku industri pracetak agar teknologinya lebih disempurnakan,” katanya dalam sesi diskusi dalam pameran bertajuk Concrete Show South East Asia 2015, Jakarta, Jumat (30/10/2015).
Hediyanto mengatakan, penggunaan beton pracetak di Indonesia saat ini masih lebih rendah dibandingkan rata-rata dunia. Pemanfaatan beton pracetak baru sekitar 15% dari proyek konstruksi beton.
Sementara itu, konsumsi semen per kapita di Indonesia masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara tetangga. Indonesia hanya sekitar 200 kg hingga 250 km per kapita. Padahal, Vietnam mencapai 600 kg per kapita, Malaysia 400 kg, Korea Selatan 1.000 kg, dan China lebih dari 1.000 kg per kapita.
“Ada yang salah dengan kita. Kita harus membangun concrete. Kalau ada yang mempromosikan concrete itu jalan yang tepat,” katanya.
Hediyanto mengatakan saat ini kapasitas industri beton pracetak Indonesia sudah cukup baik. Akan tetapi, produsen beton pracetak belum tersebar merata di seluruh Indonesia.
Oleh karena itu, pemerintah akan memberi dukungan kepada pelaku usaha yang berani membuka pabrik beton pracetak di berbagai wilayah di Indonesia. Caranya, dengan mewajibkan proyek-proyek pemerintah di wilayah terssebut untuk menggunakan beton pracetak.
“Ini janji saya sebagai pemerintah, karena kalau kami tidak bisa memberi dukungan untuk industri ini, berarti kami tidak peduli terhadap kesejahteraan masyarakat,” katanya.
Pasalnya, di antara tiga komponen konstruksi pembangunan jalan, yakni aspal, semen, dan baja, hanya semen yang sepenuhnya berasal dari produk dalam negeri.
Aspal dan baja saat ini komponen impornya mencapai 60%--70%. Membangun industri beton pracetak dengan demikian menurutnya sama halnya dengan membangun Indonesia.