Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia menilai risiko pelemahan ekonomi global masih terus berlanjut.
Gubernur Bank Indonesia Agus D.W Martowardojo mengatakan pemulihan ekonomi Amerika Serikat masih belum solid sehingga masih ada risiko pelemahan ekonomi global.
"Selain itu, masih terbatasnya pertumbuhan ekonomi emerging market khususnya China dan harga komoditas yang juga terus menunjukkan penurunan," ujarnya saat konferensi pers FKSSK di Ditjen Pajak, Kamis (22/10/2015) malam.
Kendati demikian, perbaikan ekonomi domestik menuju ke arah yang lebih baik. Hal itu terlihat dari sisi inflasi yang menunjukkan tren terkendali dan diperkirakan berada pada titik tengah sasaran inflasi 4% hingga akhir tahun 2015.
"Pada bulan September 2015, indeks harga konsumen (IHK) deflasi 0,5% (m-t-m) dan secara tahunan, inflasi 6,83% (y-o-y)," kata Agus.
Terjadinya deflasi pada bulan September tersebut didorong oleh melimpahnya pasokan bahan pangan.
Kendati inflasi September masih terkendali, Bank Sentral masih mewaspadai tekanan inflasi dalam beberapa bulan ke depan baik yang berasal dari eksternal maupun domestik.
Agus menuturkan risiko inflasi secara eksternal bersumber dari eksplorasi transmisi pelemahan rupiah yang selama ini terinidkasi melemahnya dunia usaha seiring dengan melemahnya tingkat daya beli.
"Dari domestik, tekanan inflasi yang perlu diwaspadai dampak El-Nino dengan intensitas kuat mulai dari Agustus hingga akhir tahun terhadap harga beras dalam IHK," ucapnya.
Sementara itu, keseimbangan eksternal Indonesia pada kuartal II/2015 cenderung membaik. Hal itu tercermin dari defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) yang menurun.
Pada kuartal II/2015, CAD tercatat sebesar 2,1% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) lebih baik dari kuartal II/2014 yang sebesar 4,3% dari PDB.
"Dengan perkembangan itu maka CAD 2015 diperkirakan sebesar 2% lebih rendah dibanding tahun 2014 yang sebesar 3,1%," ujarnya.
Agus menambahkan dari sisi nilai tukar rupiah, sepanjang kuartal III/2015 tekanan kurs rupiah meningkat.
Nilai tukar rupiah melemah 5,35% (q-t-q) ke Rp13.783 per dolar AS pada kuartal III/2015 dari Rp13.131 per dolar AS di kuartal II/2015.
Tekanan nilai tukar rupiah mereda pada awal Oktober 2015 seiring penguatan signifikan kurs rupiah.
"Rupiah menguat 6,8% poin to poin dengan ditutup di level Rp13.717 per dolar AS pada 21 Oktober kemarin. Sementara itu, secara year to date (y-t-d) kurs rupiah melemah 9,7%," tutur Agus.
Seperti diketahui, Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) menggelar rapat tiga bulanan di Gedung Direktorat Jenderal Pajak.
Rapat yang berlangsung sekitar 3 jam tersebut dihadiri Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad, dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Halim Alamsyah.
Dalam rapat tersebut, FKSSK menyatakan stabilitas sektor keuangan dalam kondisi cukup baik, meskipun ada tekanan pada pasar saham dan nilai tukar rupiah.