Bisnis.com, JAKARTA — Industri mainan anak mengalami penurunan kinerja sebesar 30% year-on-year akibat daya beli yang rendah.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Mainan Indonesia (AMI) Eko Wibowo menjelaskan, bahwa meskipun penjualan mainan plastik memiliki siklus naik turun, penurunan tahun ini lebih tajam.
“Secara siklus, memang September itu pas bulannya turun. Tapi tahun ini lebih turun dari tahun-tahun sebelumnya karena daya beli masyarakat rendah. Kita harap di akhir tahun, yang biasanya naik 2-3 kali lipat dibanding bulan-bulan biasa,” ujarnya pada Bisnis belum lama ini.
Meskipun demikian, dia mengatakan, bahwa jumlah produksi pelaku industri mainan plastik dalam negeri tidak mengalami perlambatan akibat adanya celah pasar dari pengurangan produk impor.
“Seperti industi mainan plastik yang kecil-kecil, seperti mobil-mobil, itu malah bisa tumbuh. Ini kan sekarang ada perubahan pasar. Jadi yang lokal tumbuh untuk isi pasar yang kosong dari yang sebelumnya diisi barang impor itu,” jelasnya.
Dia menjelaskan, untuk mainan plastik sendiri, produk impor masih menguasai hingga 70% pasar dalam negeri.
Hal ini disebabkan oleh keterbatasan produsen yang kebanyakan hanya bisa membuat mainan untuk kelas menengah. Padahal, diperlukan juga produk massal dengan variasi yang beragam serta harga yang murah untuk pasar menengah bawah.