Bisnis.com, SURABAYA - Para pakar ekonomi menyatakan upaya untuk menggerakkan proses industrialisasi nasional harus ditopang oleh kolaborasi dan keterkaitan industri antardaerah.
Sekretaris Umum Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Aviliani menilai saat ini kesadaran berkolaborasi itu belum begitu tampak.
“Sekarang ini lebih ke persaingan antardaerah. Padahal tidak bisa sendiri, pasti butuh dukungan daerah lain entah sumber daya manusia atau bahan baku,” katanya, Rabu (7/10/2015).
Menurutnya, kebanyakan daerah di tingkat kabupaten/kota mendeklarasikan keunggulannya masing-masing tetapi kurang dari segi daya saing. Hanya sekitar 31% industri manufaktur nasional yang berdaya saing tinggi sedangkan sisanya sekira 69% masih berkategori industri manufaktur berdaya saing rendah.
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Mudrajad Kuncoro mengatakan ketimpangan industri tercermin dari lokasi industri yang masih terkonsentrasi di pulau Jawa, yakni mencapai 60% dari total industri nasional.
“Korelasinya dengan konsentrasi penduduk. Industri besar lebih banyak cari pasar sehingga ketimpangan spasial cenderung meningkat,” tutur Mudrajad.
Aviliani menambahkan salah satu strategi yang patut dijalankan adalah dengan membuat spesialisasi tertentu untuk setiap daerah. Dia lantas mencontohkan Thailand sebagai negara yang sukses menerapkan upaya spesialisasi itu.
Menurutnya, Pemerintah Negeri Gajah Putih itu hanya membolehkan satu kecamatan untuk membuat dan mengembangkan satu produk unggulan.
Di sisi lain, Mudrajad menilai sebenarnya keterkaitan antardaerah dalam sektor industri sudah mulai terlihat. Misalnya, kebutuhan bahan baku perajin kulit di Yogyakarta yang dipasok oleh daerah Magetan atau topeng kayu Bali yang mendapatkan bahan baku dari Yogyakarta.
Namun, lanjutnya, pemerintah sejauh ini belum memetakan seberapa kuat hubungan antardaerah dan bagaimana keterkaitan antarsektor.
Selain itu, industrialisasi juga masih terhambat oleh tingginya konten impor, terutama bahan baku dan barang penolong yang relatif tinggi dengan kadar mencapai 70%.