Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertumbuhan Industri Minuman Ringan Tahun Ini Hanya 1%-3%

Asosiasi Industri Minuman Ringan menyatakan pertumbuhan industri minuman ringan maksimal sebesar 3% seiring dengan kemerosotan daya beli masyarakat disertai meningkatnya biaya produksi.

Bisnis.com, JAKARTA—Asosiasi Industri Minuman Ringan menyatakan pertumbuhan industri minuman ringan maksimal sebesar 3% seiring dengan kemerosotan daya beli masyarakat disertai meningkatnya biaya produksi.

Ketua Umum Asosiasi Industri Minuman Ringan (Asrim) Triyono Prijosoesilo mengatakan melihat perjalanan kinerja beragam segmen hingga semester I/2015 mencapai nilai positif dianggap sudah baik.

Menurutnya, sepanjang semester I/2015 rerata kinerja beragam jenis minuman ringan tidak mengalami pertumbuhan, hanya segmen air minum dalam kemasan yang bertumbuh double digit dan teh yang bertumbuh pada kisaran 2% - 3%.

“Kami konservatif, sementara kami melihat dalam tahun ini apabila berakhir positif sudah bagus. Harapannya, rerata pertumbuhan bisa tumbuh di low single digit, mungkin kisaran 1% - 3%,” tuturnya kepada Bisnis.com, Senin (5/10).

Merujuk kinerja tahun lalu, volume produksi minuman ringan tercatat 31,525 miliar liter dengan kontribusi terbesar dari air minum dalam kemasan (AMDK) sebanyak 25,606 miliar liter, teh (2,13 miliar liter), jus (1,16 miliar liter) dan lainnya.

Kinerja pertumbuhan industri tahun lalu, melesat double digit atau sebesar 11,3% dibandingkan dengan realisasi kinerja 2013. Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional, dan dukungan daya beli masyarakat, rerata pertumbuhan industri mulai dari 2005 – 2014 adalah sekitar 12,5%. Total produksi pada 2005 sebanyak 10,925 miliar liter, sedangkan pada 2014 bertambah sebanyak 20,599 miliar liter.

Triyono mengatakan akibat penurunan daya beli masyarakat, produsen banyak yang memilih menahan harga, sementara harga produksi meningkat. Sebagai produk konsumsi sekunder, wajar menurutnya, industri minuman ringan terkena imbasnya.

“Selain AMDK dan teh, jenis lain mengalami penurunan. Sebut saja kopi siap saji malah minus double digit,” katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper