Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia meyakini bahwa target inflasi 2015 sebesar empat plus minus satu persen (4±1%)dapat tercapai.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Tirta Segara mengatakan pada September terjadi deflasi sebesar 0,05%.
Deflasi bersumber dari deflasi pada kelompok bahan makanan bergejolak atau volatile food, seiring melimpahnya pasokan beberapa komoditas bahan pangan.
Selain itu, harga barang yang dikendalikan Pemerintah atau administered prices juga mengalami deflasi.
"Dengan demikian, inflasi IHK selama Januari-September 2015 tercatat sebesar 2,24% (y-t-d)," ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (1/10/2015).
Kelompok volatile food mengalami deflasi sebesar 1,25% (m-t-m) atau secara tahunan mencatat inflasi sebesar 8,52% (y-o-y), terutama bersumber dari deflasi daging ayam, cabai merah, bawang merah dan cabai rawit.
Harga daging ayam yang meningkat dalam tiga bulan terakhir pada bulan ini mengalami koreksi cukup dalam, seiring mulai pulihnya pasokan.
"Koreksi tersebut juga didorong oleh meredanya permintaan terhadap daging ayam, seiring penurunan harga daging sapi dari bulan sebelumnya yang menyebabkan beralihnya permintaan terhadap daging ayam ke daging sapi (substitusi). Aneka cabai dan bawang merah juga mengalami deflasi, seiring dengan musim panen di beberapa sentra produksi," tutur Tirta.
Sementara itu, lanjutnya, kelompok administered prices mengalami deflasi sebesar 0,40% (m-t-m) atau secara tahunan mencatat inflasi sebesar11,26% (y-o-y).
Hal itu terutama bersumber dari koreksi tarif angkutan udara pascalebaran serta penurunan harga bensin Pertamax dan Pertalite seiring penurunan harga minyak dunia.
Di sisi lain, kelompok inti mengalami inflasi sebesar 0,44% (m-t-m) atau 5,07% (y-o-y), lebih rendah dari bulan sebelumnya.
Hal ini terutama bersumber dari kelompok makanan jadi, pendidikan, dan emas perhiasan.
"Kami optimistis target inflasi tercapai dengan dukungan penguatan koordinasi kebijakan pengendalian inflasi di tingkat pusat dan daerah," kata Tirta.