Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bidik Segmen Menengah Bawah, Industri Elekronik Pilih Investasi di Semarang

Kota Semarang menjadi salah satu incaran investor untuk mengembangkan produk elektronik handphone dengan segmen pasar menengah ke bawah.
Pedagang menata barang elektronik yang dijual di kawasan Glodok, Jakarta, Selasa (25/8)./Antara
Pedagang menata barang elektronik yang dijual di kawasan Glodok, Jakarta, Selasa (25/8)./Antara

Bisnis.com, SEMARANG - Kota Semarang menjadi salah satu incaran investor untuk mengembangkan produk elektronik handphone dengan segmen pasar menengah ke bawah. 

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Semarang Nurjannah memaparkan peluang investasi di Kota Atlas ini masih terbuka lebar. Pada tahun ini, katanya, industri yang telah berkonsentrasi membangun pabrik yakni industri elektronik yang khusus membuat HP. 

Menurutnya, ada dua perusahaan elektronik yang menanamkan investasi awal sekitar Rp10 miliar. 

“Perusahaan itu memproduksi ponsel. Informasinya menyasar segmen pasar menengah ke bawah,” terangnya, Senin (21/9/2015). 

Nurjannah membeberkan perusahaan yang berinvestasi di Semarang diharuskan masuk ke kawasan industri. Saat ini, terdapat sembilan kawasan industri dengan masing-masing okupansi belum mencapai 100%.

Acuan investor masuk ke kawasan industri, katanya, diatur dalam peraturan daerah Pemkot Semarang No. 14/2011 tentang Rencana Tata dan Ruang Wilayah dan diperkuat dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 24/2009 tentang Kawasan Industri. 

“Sekarang memang masih ada perusahaan lama di luar kawasan industri (KI), tapi kami arahkan untuk masuk ke KI,” ujar Nurjannah. 

Sementara itu, Indra Hanafi, Kepala Seksi Industri, Logam, Mesin dan Tekstil Disperindag Kota Semarang mengatakan tercatat ada dua investor garmen bersiap membangun pabrik di Kawasan Industri Wijayakusuma dengan investasi total Rp100 miliar.

Dia mengatakan industri garmen merupakan industri padat karya yang menyerap cukup banyak tenaga kerja. Oleh karena itu, pengusaha bisnis ini memilih upah yang lebih murah sebagai pertimbangan besar dalam mengembangkan atau mempertahankan eksistensi usahanya.

Selain industri garmen, katanya, ada pula perusahaan pembuatan air aki yang sudah merealisasikan investasinya pada 2014.

“Dalam satu perusahaan bisa menyerap tenaga kerja sekitar 2.000-an. Perusahaan garmen itu kerap kali ekspor ke Jepang dan negara lain,” ujarnya.

Kendati banyak investor baru tertarik ke Semarang, Indra menyayangkan masih terdapat belasan perusahaan besar yang saat ini berada di luar kawasan industri.

Data Disperindag Kota Semarang menyebutkan jumlah total industri kecil, sedang dan besar di Semarang pada 2013 sebanyak 3.589. Dari jumlah tersebut, sekitar 2.000-an berkategori industri sedang dan besar dengan nilai investasi di atas Rp200 juta.

Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Semarang Agung Wahono mengatakan investasi dalam bidang tekstil masih diminati kalangan pengusaha. Sebagaiamana diketahui, industri tekstil dan garmen di Jateng menjadin salah satu industri primadona. 

“Walau pun kondisi seperti ini, ada pula industri tekstil yang berekspansi ke Semarang,” papar dia. 

Agung menyadari industri padat karya yang menyerap banyak tenaga kerja akan mempertimbangkan nilai upah buruh. Bila upah dinilai lebih rendah, katanya, investor akan memprioritaskan dengan melihat potensi daerah tersebut.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhammad Khamdi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper