Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kembangkan Pabrik Gula, PTPN X Fokus Garap Madura

PT Perkebunan Nusantara X atau PTPN X akan fokus menggarap Pulau Madura sebagai tempat pengembangan industri gula.
Ilustrasi: Petani Tebu Rakyat/Antara
Ilustrasi: Petani Tebu Rakyat/Antara

Bisnis.com, SURABAYA-- PT Perkebunan Nusantara X atau PTPN X akan fokus menggarap Pulau Madura sebagai tempat pengembangan industri gula.

Direktur Utama PTPN X Subiyono mengatakan meski masih banyak permasalahan dalam pengembangan lahan tebu di wilayah Pulau Madura, pihaknya berkomitmen terus memajukan pabrik gula di kawasan setempat.

Apalagi, untuk rendemen atau kadar gula dalam tebu di Madura sudah bisa menyentuh level yang cukup bagus, yaitu 7-8.

PTPN X telah mengembangkan lahan tebu di Pulau Madura seluas lebih dari 1.000 hektare dan tahun ini diharapkan bisa berkembang menjadi 1.400 hektare.

Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) mencatat potensi lahan di Madura yang cocok untuk pengembangan tebu yaitu mencapai 124.000 hektare di empat kabupaten, yaitu Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep.

Potensi lahan tebu di Madura cukup luas, sehingga bisa dikembangkan menjadi industri gula. Ke depan, jika pengembangan lahan di Madura ini terus bertambah, kami akan membangun pabrik gula terintegrasi.

"Rencana ini sudah mendapat dukungan dari Kementerian BUMN," ujar Subiyono melalui siaran pers yang diterima Minggu (13/9/2015).

Jika pengembangan lahan sudah mencapai 5.000 hektare, lanjut dia, rintisan pabrik gula bisa dibangun dengan kapasitas giling 3.000 ton tebu per hari (TTH) yang bisa dikembangkan ke kapasitas 5.000 dan 7.500 TTH.

Dipilihnya Madura sebagai lokasi pengembangan karena upaya melakukan ekstensifikasi di Pulau Jawa dinilai cukup sulit akibat konversi lahan ke sektor nonpertanian.

Dari sisi iklim, Madura cocok untuk pengembangan tebu. Suhu rata-rata untuk fase pertumbuhan tebu di Madura yang sebesar 26-27 derajat celcius masuk kriteria bagus untuk tebu.

Adapun suhu pada fase pematangan tebu di Madura yang mencapai 14 derajat celcius masuk kategori memuaskan.

Demikian pula untuk kriteria lain seperti kelembaban, tekstur tanah, pH tanah, dan sinar matahari juga dinilai cocok untuk lahan tebu.

Subiyono mengakui, yang masih menjadi kendala adalah potensi irigasi. Sebab, lahan yang dikembangkan hanyamengandalkan curah hujan, sehingga membutuhkan investasi infrastruktur sumber daya air.

Sebelumnya, Menteri BUMN Rini Soemarno telah memberi bantuan pengembangan sumur bor untuk petani tebu di Kabupaten Pamekasan.

"Ke depan, perlu dikembangkan sumur dalam serta dam atau waduk agar sumber daya air bisa lancar ke lahan tebu," jelas Rini saat peninjauan langsung pengembangan lahan tebu di Kabupaten Pamekasan, Madura, Sabtu (12/9).

Rini mengatakan bahwa Pulau Madura sangat potensial sebagai lahan pengembangan baru tanaman tebu. Hal ini disebabkan lahan di wilayah Pulau Jawa sudah cukup sulit untuk dikembangkan menjadi areal pertanian tebu karena berbagai faktor, seperti konversi lahan ke sektor properti.

Potensi Pulau Madura masih tinggi untuk lahan tebu karena banyak lahan tidur yang bisa dikembangkan menjadi areal perkebunan tebu.

"Diharapkan nantinya dengan pengembangan lahan tebu di Pulau Madura ini swasembada gula bisa terwujud," kata Rini.

Saat ini, lanjutnya, butuh kerja keras khususnya untuk meyakinkan masyarakat petani agar mau menanam tebu. Pasalnya, komoditas tebu di Pulau Madura cenderung baru dibandingkan komoditas lain yang sudah cukup lama dikembangkan seperti jagung.

Petani perlu diyakinkan bahwa tebu mempunyai daya saing dan keuntungan ekonomis yang menjanjikan dibanding komoditas lain. Karena itu, Rini meminta BUMN terus melakukan sinergi untuk menjadikan Pulau Madura sebagai salah satu daerah penghasil tebu terbesar di Indonesia.

Di antaranya dengan mengajak para petani tebu di Madura melihat kesuksesan petani tebu di daerah lain di Pulau Jawa.

Seperti diketahui, rata-rata produksi lahan tebu di Pulau Madura baru sekitar 55 ton per hektar karena masih ada kendala dalam pengairan.

Rini meminta beberapa BUMN mau berinvestasi mengembangkan sumur dalam untuk pengairan supaya produksi bisa ditingkatkan menjadi 80-100 ton tebu per hektare sebagaimana produktivitas yang tercatat di Pulau Jawa.

"Jika itu sudah terjadi maka secara otomatis, tanpa bantuan dana pemerintah pun petani akan bisa mendapatkan pendanaan. Kami akan dorong melalui mekanisme Kredit Usaha Rakyat(KUR) dan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE) dari bank-bank BUMN, " jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper