Bisnis.com, JAKARTA - Perlambatan kenaikan harga properti residensial diprediksi masih berlanjut pada kuartal III/2015. Tiga faktor utama yang menjadi penyebab ialah kenaikan harga bangunan (31,14%), upah pekerja (25,79%), dan peningkatan bahan bakar minyak (19,46%).
Hasil survei Bank Indonesia menuliskan pada kuartal III/2015 menyatakan indeks harga properti hunian naik 0,49% (q-o-q) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Namun, pertumbuhan ini dinilai melambat karena sebelumnya secara triwulan pada kuartal II/2015 harga terkerek 1,38% (q-o-q).
Adapun survei dilakukan di 16 kota seperti Jabedebek (Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi) dan Banten Bandung, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Manado, Makassar, Denpasar, Pontianak, Banjarmasin, Bandar Lampung, Palembang, Padang, serta Medan.
Lesunya kenaikan harga properti residensial juga terjadi secara tahunan. Pada kuartal II/2015 terjadi pertumbuhan nilai jual 5,95% secara year-on-year (y-o-y), sementara kuartal sebelumnya mencatatkan peningkatan 6,27% (yoy). Pada kuartal III/2015, harga diprediksi hanya meningkat 4,94% (yoy).
Berdasarkan wilayahnya, kenaikan harga terendah terjadi di Bandar Lampung dan Padang. Sedangkan kenaikan tertinggi masih terjadi di wilayah timur Indonesia, seperti Makassar dan Manado.
Riset pun menyebutkan area yang diprediksi mengalami stagnasi pertumbuhan harga ialah Jabodebek dan Banten, Medan, serta Balikpapan.
Hasil riset juga menyebutkan perlambatan kenaikan harga paling tinggi secara triwulan terjadi pada rumah tipe besar dari 1,11% di kuartal I/2015 menjadi 0,7% di kuartal II/2015. Dalam periode yang sama, pertumbuhan harga rumah menengah juga menurun dari 1,22% menjadi 0,85%.
Sementara itu, rumah tipe kecil justru mengalami kenaikan harga lebih tinggi sebesar 2,6% di kuartal II/2015 setelah hanya naik 1,98% di kuartal I/2015.