Bisnis.com, PADANG - Kebutuhan sekolah untuk tahun ajaran baru menyumbang andil terbesar pembentukan inflasi di dua kota, Padang dan Bukittinggi yang menjadi barometer perekonomian Sumatra Barat per Agustus 2015.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) setempat mencatatkan bulan lalu, inflasi Padang melaju 0,38% dan Bukittinggi 0,55%. Laju inflasi itu menyebabkan inflasi tahun kalender Kota Padang masih tertahan minus 0,47% dan Bukittinggi 1,29%.
Adapun, secara year on year (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, inflasi Kota Padang tercatat 7,30% dan Bukittinggi 6,78%.
"Angka itu dinilai masih relevan untuk mengejar target inflasi single digit.Kebutuhan biaya sekolah untuk tahun ajaran baru menyumbang inflasi paling besar terhadap pembentukan inflasi Sumbar," ujar Yomin Tofri, Kepala BPS Sumbar, Selasa (1/9/2015).
Dia menguraikan sejumlah komoditas yang mempengaruhi laju inflasi daerah itu a.l kebutuhan sekolah menengah atas (SMA) yang berkontribusi 0,33% dan mengalami inflasi dari bulan sebelumnya 33,29%.
Selain itu, komoditas cabai merah berkontribusi 0,14% terhadap inflasi, kebutuhan sekolah dasar (SD) 0,11%, daging ayam 0,10%, dan kebutuhan sekolah menengah pertama (SMP) berkontribusi 0,3% terhadap inflasi daerah itu.
Menurutnya, tingginya kebutuhan masyarakat menghadapi tahun ajaran baru untuk biaya sekolah, buku, dan pakaian menyebabkan terjadinya penaikan harga karena permintaan yang meningkat. "Kenaikan [kebutuhan sekolah] ini siklus tahunan, hanya momen tahun ajaran baru saja. Jadi masih terkendali," katanya.
Sementara itu, sejumlah beban harga yang menjadi penopang inflasi bulan sebelumnya sudah kian turun. Ongkos angkutan udara misalnya, turun 0,26% atau deflasi 18,30% dari bulan Juli yang merupakan momen mudik Lebaran.
Selain itu, ongkos angkutan kota juga turun 0,5%, bawang merah turun 0,7%, ikan tongkol 0,9%, besi beton, batu bata, dan emas perhiasan juga turun 0,4%.