Bisnis.com, JAKARTA - Kawasan Asia saat ini mengalami pelemahan dan kerentanan di sektor keuangan setelah memimpin pertumbuhan ekonomi di dunia selama 30 tahun.
Hal itu dikatakan Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo saat Konferensi Keuangan Internasional Future of Asia's Finance: Financing for Development 2015 di Kompleks Bank Indonesia, Rabu (2/9/2015).
Untuk kembali mendorong ekonomi Asia dibutuhkan bauran kebijakan ekonomi yang tepat.
Menurutnya, kunci menopang pertumbuhan ekonomi kawasan Asia yakni dengan investasi infrastruktur.
"Kuncinya adalah investasi infrastruktur untuk menjaga pertumbuhan ekonomi, selain dari konsumsi domestik meski investasi ini membutuhkan jangka waktu panjang," ujarnya.
Negara-negara di Asia membutuhkan investasi lebih dari US$1 triliun untuk pembangunan infrastruktur.
"Yang harus diinvestasikan untuk bangun infrastruktur di kawasan Asia dan menjaga pertumbuhan ekonomi selama 10 tahun mendatang," kata Agus.
Dalam periode yang sama, lanjutnya, Asia juga memerlukan dana senilai US$8 triliun untuk membangun proyek infrastruktur di sektor energi, transportasi, telekomunikasi, air bersih dan sanitasi.
Sementara itu, kawasan Asean membutuh investasi senilai US$300 miliar untuk membangun infrastruktur.
Guna pembangunan infrastruktur Indonesia, ada keterbatasan anggaran pemerintah sehingga skema kerja sama pemerintah dan swasta atau public privat partnership (PPP) dapat menjadi jalan keluar untuk pendanaan infrastruktur.
"PPP bisa jadi alternatif untuk membiayai pembangunan infrastruktur, tapi dengan proyek yang selektif. Asia ini sangat atraktif untuk berinvestasi," tutur Agus.