Bisnis.com, MANADO - PT Angkasa Pura I berencana memperluas landasan pacu Bandara Sam Ratulangi menjadi 3.000 m2 guna menyongsong target 1 juta turis asing ke Sulawesi Utara pada 2025.
Marketing and Business Development Director PT Angkasa Pura (AP) I Robert Waloni mengungkapkan perluasan landasan pacu tersebut akan dilakukan secara bertahap hingga 2017 karena harus memperhitungkan peralihan lahan.
“Itu semua sudah ada di master plan. Saat ini memang kapasitas Bandara Sam Ratulangi belum overcapacity, tetapi penambahan fasilitas pendukung cukup urgent untuk mendukung program 1 juta wisatawan asing ke Sulut pada 2025,” katanya di Manado, Jumat (29/8/2015).
Saat ini, luas landasan pacu Bandara Sam Ratulangi sebesar 2.650 m2 x 45 m2 atau 8.692 kaki. Adapun, Bandara Sam Ratulangi memiliki terminal domestik dan internasional sebesar 26.345 m2, sedangkan kapasitas kedua terminal tersebut 3 mppa.
Padahal, jika AP I berniat untuk menggenjot jumlah wisman menjadi 1 juta pada 2025, Bandara Sam Ratulangi harus memiliki 14 penerbangan internasional harian, penambahan kapasitas bandara menjadi 5 mppa, dan 10.000 kamar hotel.
Menurutnya, komiten tersebut bisa terwujud dengan kerja sama antara AP I, pemerintah terkait, pelaku usaha pariwisata, dan masyarakat sekitar. Target tersebut bahkan, dapat mendatangkan setidaknya 100.000 pekerjaan dengan pendapatan pariwisata untuk Provinsi Sulut hingga Rp13 triliun.
“Secara matematika memang seperti itu. Sektor pariwisata memberikan multiplier effect bagi kesejahteraan masyarakat,” katanya.
Sulut memiliki beragam magnet pariwisata yakni Bunaken, lalu disusul dengan tujuan Danau Linow di Tomohon, Bukit Kasih di Kabupaten Minahasa, dan sejumlah objek wisata lainnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kunjungan wisman ke Indonesia tumbuh 2,34% menjadi 4,66 juta per Juni 2015 jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yakni 4,55 juta.
Kenaikan tersebut disumbang dengan meningkatnya kunjungan wisman melalui Bandara Sam Ratulangi, Sulut sebesar 22,51%, sedangkan kenaikan terendah terjadi di Bandara Sultan Syarif Kasim II Riau pada periode yang sama.
“Potensi wisata tersebut didukung dengan low cost carrier yang mulai agresif membuka rute-rute baru, termasuk dari dan ke Manado,” ucapnya.
