Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian meminta otoritas perhubungan untuk memprioritas penggunaan moda transportasi massal khususnya kereta hasil produksi dalam negeri guna mendukung pengembangan industri.
Saleh Husin, Menteri Perindustrian mengatakan industri perkeretaan nasional yang digawangi oleh badan usaha milik negara PT INKA telah mampu membangun kereta yang dibutuhkan oleh masyarakat. Oleh karena itu produksi dalam negeri harus diutamakan ketimbang impor produk bekas.
“Dari Jepang lebih murah, ini yang harus dikoordinasikan dengan Kemenhub [Kementerian Perhubungan]. Setidaknya produksi dalam negeri bisa menjadi prioritas utama. Jika bukan dari kita industri tidak akan tumbuh. Masalah teknologi, industri dalam negeri sudah mampu,” tuturnya, Senin (10/8/2015).
Budi Hartoyo, Kasubdit Industri Roda Dua dan Kereta Api Kemenperin, mengatakan pengembangan industri kereta nasional terkendala pembiayaan serta kepastian serapan hasil produksi. Tidak adanya kepastian pasar menyebabkan ongkos produksi jauh lebih tinggi dari produksi Jepang.
Oleh karena itu, lanjutnya, seiring dengan meningkatnya kebutuhan kereta di dalam negeri, imbas dari sejumlah proyek pembangunan rel kereta, otoritas perhubungan seharusnya menyusun rencana kebutuhan kereta dan dikomunikasikan kepada Kemenperin.
“Jika kebutuhan kereta disusun setiap tahun, maka industri kereta nasional dapat menyusun rencana kerja begitu pula dengan industri komponennya. Karena tidak adanya perencanaan serta serapan yang pasti, ongkos produksi menjadi tinggi,” tuturnya.
Dalam hal ini, dibutuhkan komitmen pemerintah dalam mengutamakan serapan kereta produksi dalam negeri. Menurutnya, sebagian besar komponen industri kereta nasional telah diproduksi di dalam negeri, sementara permesinan diimpor dari Jerman.
Berdasarkan data, lanjutnya, sarana siap guna yang dimiliki industri kereta dalam negeri seperti lokomotif berjumlah 488 unit, kereta rel diesel 152 unit, kereta rel listrik 624 unit, kereta sebanyak 1.753 unit, gerbong 7.372 unit dan railink sebanyak 16 unit.
Di lain hal, kemampuan industri komponen dalam negeri tergolong kuat. Industri pengecoran logam di Klaten yang telah berdiri sejak zaman kolonial misalnya saat ini telah berjumlah 240 unit industri dengan kapasitas terpasang 150.000 ton per tahun atau 45% dari kapasitas nasional.
Industri komponen di wilayah ini menyerap tenaga kerja sebanyak 4.000 orang dan memiliki kapasitas produksi mencapai 50.000 ton per tahun dengan jenis produk seperti pompa, suku cadang, rem kereta dan lainnya.
“Jika pemerintah masih menghitung untung dan rugi dalam menggunakan kereta produksi dalam negeri, maka industri kereta tidak akan berkembang. Intinya pemerintah mau mengutamakan transportasi massal seperti kereta atau kendaraan pribadi,” katanya.
Dia membandingkan, industri kereta yang tumbuh pesat di Jepang didorong oleh kebutuhan yang mencapai 1.000 unit per tahun. Sementara Indonesia lebih senang impor barang bekas ketimbang membangun sendiri. []