Bisnis.com, JAKARTA - Iklim tropis Indonesia yang memiliki banyak sinar matahari setiap harinya dinilai bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi atau bahan bakar penggerak kapal, kata peneliti arsitektur perkapalan asal Swiss, Jeremie Lagarrigue.
"Indonesia bisa segala macam, termasuk dalam sumber daya ramah lingkungan. Mungkin kita bisa membuat kapal menggunakan tenaga surya," kata Jeremie Lagarrigue, saat berkunjung ke kampus Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Kamis (6/8/2015).
Lagarrigue yang juga merupakan Pucuk Pimpinan Manajemen perusahaan pembuatan kapal asal Swiss Hydros Innovation SA mengatakan berlimpahnya sinar matahari di Indonesia sangat bisa menjadi sumber energi kapal.
"Di Indonesia berlimpah mataharinya, di Swiss cuma lima bulan ada matahari," ucap dia.
Ia menjelaskan bahwa di negaranya yang sedikit mendapat sinar matahari hampir setiap rumah memiliki panel surya untuk menampung sumber energi ramah lingkungan.
Namun, dia juga menyayangkan penggunaan sumber energi berbahan dasar fosil di mana potensi sumber energi surya melimpah di Indonesia.
Staf pengajar Program Studi Teknik Perkapalan Universitas Indonesia Sunaryo menjelaskan akan ada kerja sama antara Universitas Indonesia dan pusat penelitian Hydros yang bertujuan mentransfer teknologi perkapalan yang dimiliki perusahaan asal Swiss tersebut.
"Maunya dia seperti itu, dia akan bantu transfer teknologi. Karena Swiss itu unggul di tingkat kepresisian, teknologi tingginya, dan dia mau bantu Indonesia untuk ke sana," jelas Sunaryo.
Sunaryo mengatakan kerja sama UI dengan Jeremie Lagarrigue bertujuan dalam rangka penelitian untuk mengembangkan kebutuhan sektor maritim Indonesia dengan teknologi dan pengetahuan dari Swiss untuk diaplikasikan di Tanah Air.
Kapal-kapal rancangan Hydros sendiri mengedepankan kapal berkecepatan tinggi, serta sumber daya ramah lingkungan dengan memanfaatkan energi kinetis atau gelombang laut.
Bahkan Jeremie merancang sejumlah kapal yang bisa melayang beberapa inci di atas permukaan air, menghemat konsumsi bahan bakar hingga 50%, dan bobot yang lebih ringan dari kapal penumpang biasa.