Bisnis.com, JAKARTA - Kendati masa sulit tengah dilalui industri genteng di Kebumen, tetapi para perajin terus berusaha mencari secercah harapan untuk melestarikan industri peninggalan era pemerintahan Kolonial Belanda itu.
Siti Sadiah, pemilik HYS Genteng Sokka, akhirnya berinisiatif untuk memasarkan genteng buatannya secara online. Dari sana, dia bisa memperluas pasar sehingga memperbesar peluang permintaan dari konsumen.
Selain itu, perempuan berusia 40 tahun yang memulai bisnis genteng pada satu dekade yang lalu juga belajar dari para perajin genteng yang terpaksa menutup usahanya.
Dia menilai kebanyakan perajin genteng tidak pandai mengkalkulasi bisnisnya, bukannya mendapatkan margin keuntungan yang besar, yang ada mereka malah tekor karena biaya operasional yang besar. Apalagi para perajin yang hanya mencetak dan membakar genteng saja.
“Saya selalu berusaha untuk menjalankan bisnis ini seefisien mungkin, mulai dari memproduksi bahan baku hingga memasarkannya secara mandiri, sehingga ongkos dan biaya produksi bisa ditekan,” paparnya saat kami temui di rumahnya selepas berbuka puasa.
Saat ini, HYS Genteng Sokka bisa memproduksi minimal 100.000 lembar genteng tiap bulannya, dengan harga jual sekitar Rp1.400 per lembar.
Tak menyangkal, Siti pun mengakui usaha yang tengah dilakoninya saat ini dirasa akan terus meredup pada masa depan. Semakin sulit ditemukannya bahan baku, serta semakin sedikitnya tenaga kerja yang mau memproduksi genteng juga hal lain yang ikut membuat industri rumahan ini seret.
Untuk itu, ibu dua anak ini pun mulai mengantisipasi kemungkinan terburuk di masa depan dengan mulai mengalihkan bisnisnya pada lini lain lain. “Kami mulai mencoba untuk mengalihkan investasi ke bisnis lain, karena prospek bisnis ini di masa depan agak susah,” akunya.