Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Genteng Sokka Sepi Pembeli, Perajin Banting Harga

Dalam beberapa tahun terakhir, harga jual genteng terus melemah, seiring dengan sepinya permintaan terhadap penutup atap rumah tersebut.
Perajin genteng banting harga. /Bisnis.com
Perajin genteng banting harga. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Dalam beberapa tahun terakhir, harga jual genteng terus melemah, seiring dengan sepinya permintaan terhadap penutup atap rumah tersebut.

Salah satu penghasil genteng di Indonesia adalah Kebumen. Di sana bisa ditemukannya tumpukan genteng tanah dengan mudah di kanan-kiri jalan, maklum saja Kebumen memang terkenal sebagai produsen genteng sejak 1920-an.

Pusat genteng ternama di Kebumen tersebut berada di sepanjang Jl Raya Sokka, Kecamatan Pejagoan, Kebumen, sehingga genteng yang dihasilkan moncer dengan nama genteng Sokka.

Saat zaman kejayaan puluhan tahun lalu, genteng yang terkenal kuat tersebut sudah melalang buana hingga ke berbagai daerah di Indonesia.

Sayangnya, dalam beberapa tahun terakhir produksi dan permintaan terhadap genteng Sokka tersebut terus menurun. Bahkan, dalam 10 tahun terakhir sekitar 50% dari perajin genteng di Kebumen terpaksa gulung tikar.

Masa suram genteng Sokka tersebut membuat para perajin genteng yang masih berproduksi hingga saat ini cukup ketar-ketir, dan harus memutar otak supaya usaha yang kebanyakan turun-temurun ini tetap berjalan.

Mulyadi, pria yang sudah menekuni pembuatan genteng sejak 1900-an, mengaku dalam setahun terakhir terpaksa membanting harga jual genteng, dari yang biasanya sekitar Rp1.700 per lembar, sekarang hanya dijual sekitar Rp1.300.

“Sekarang kami tidak berpikir untuk mendapatkan untung besar, tapi sekadar ada biaya untuk operasional,” katanya.

Hal itu dia lakukan karena pasar genteng saat ini tidak tumbuh, bahkan permintaan terus merosot seiring tidak adanya proyek pembangunan yang biasa dilakukan pemerintah. Padahal, proyek-proyek pembangunan seperti sekolah merupakan salah satu andalan penjualan genteng Sokka.

Di sisi lain, menurunnya permintaan juga disebabkan teknologi yang semakin canggih. Banyak orang yang lebih memilih menggunakan genteng multiroof ketimbang genteng tanah, karena lebih ringan dan bisa digunakan untuk atap baja ringan.

"Saat ini banyak yang menilai genteng cukup mahal dan tidak praktis," keluhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper