Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dampak Moratorium Kapal, Produksi Dharma Samudera Naik

Produksi PT Dharma Samudera Fishing Industry Tbk selama kuartal I/2015 ini meningkat sekitar 7% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Ilustrasi
Ilustrasi
Bisnis.com, JAKARTA--Produksi PT Dharma Samudera Fishing Industry Tbk selama kuartal I/2015 ini meningkat sekitar 7% dibanding periode yang sama tahun lalu.
 
Selama tiga bulan pertama tahun ini, emiten berkode DSFI itu memproduksi 1.848 ton dengan nilai Rp136.54 miliar. Sementara, di periode yang sama tahun lalu produksi ikan olahan DSFI sebesar 1.727 ton dengan nilai Rp104,63 miliar.
 
Direktur Utama DSFI J. Sarsito mengatakan tingginya produksi ini karena ketersediaan bahan baku dari nelayan meningkat seiring dengan kebijakan pemberantasan illegal fishing, seperti penerapan moratorium kapal eks asing, yang dilakukan pemerintah.
 
Umumnya, lanjut dia, tangkapan nelayan saat ini dapat mencapai 3 ton 4 ton tuna per hari. Padahal, sebelumnya tangkapan tuna nelayan hanya sekitar 600 kg 800 kg per hari.
 
Kebijakan moratorium sedikit banyak memang berpengaruh terhadap kinerja, ujarnya, Jumat (26/6/2015).
 
Dari data produksi kuartal I/2015, sebesar 1.548 ton diekspor ke berbagai negara, seperti Amerika Serikat, Australia, Eropa, Jepang, dan beberapa negara di wilayah timur tengah. Sementara sisanya sebesar 300 ton dijual di dalam negeri.
 
DSFI merupakan perusahaan pengolahan ikan di wilayah Jakarta. Kapasitas produksi pabrik pengolahan ikannya dapat mencapai 25 ton per hari.
 
Kebutuhan bahan baku DSFI diperoleh dari hasil mitra dengan nelayan di sejumlah daerah, seperti Kendari, Bitung, dan sejumlah wilayah Jawa lainnya, seperti Indramayu.
 
Produk yang dihasilkannya terdiri dari berbagai macam jenis ikan, seperti tuna, gurita, tenggiri, sotong, dan lain-lain.
 
Di samping ada peningkatan produksi, Sarsito menilai kebijakan pemberantasan illegal fishing juga menghambat pengangkutan ikan dari wilayah timur menuju Jakarta.
 
Dia mencontohkan saat ini kapal kargo tidak berani untuk melakukan pengangkutan ikan karena dinilai tidak memiliki Surat Izin Kapal Pengumpul/Pengangkut Ikan (SIKPI).
 
Padahal, selama ini ikan yang dibawa dari wilayah Bitung atau Kendari menggunakan kapal kargo.
 
Dengan sulit terangkut dari timur ke Jawa, beberapa jenis ikan di pasaran jadi langka. Namun secara umun kami tidak kesulitan masalah raw material, katanya.
 
Melihat kondisi perikanan yang justru menguntungkan nelayan saat ini, Sarsito menilai kinerjanya hingga Kuartal II/2015 nanti akan cenderung membaik. Dengan demikian, target hingga akhir tahun sebesar 8.200 ton optimis dapat tercapai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ihda Fadila
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper