Bisnis.com, JAKARTA-- Melambatnya penjualan lahan di kawasan industri membuat pengembang memutar otak untuk memacu pendapatan.
Salah satunya adalah melakukan diversifikasi produk untuk menggapai pendapatan berkelanjutan. Adapun produk yang diincar untuk dikembangkan pelaku usaha dalah hotel dan apartemen servis.
CEO PT Bekasi Fajar Industrial Estate Yoshihiro Kobi mengatakan, perusahaan mulai bermain di sektor perhotelan sebagai pengembang sekaligus pengelola. Menurutnya, sektor hospitality tersebut bakal menyumbang pendapatan perusahaan sekitar US$3 juta hingga US$4 juta per tahun.
Oleh karena itu, perseroan dengan label kawasan industri MM2100 itu mengembangkan jaringan hotel Jepang bernama Enso. Adapun hotel berlantai 12 itu bakal ditujukan khusus bagi ekspatriat asal Jepang.
"Target tamu kami yaitu 70% dari Jepang. Sementara, sisanya investor dari negara lain ataupun lokal," katanya saat dikonfirmasi Bisnis, Sabtu (27/6/2015).
Dikatakan, tamu yang diincar bukan hanya investor di kawasan MM2100 melainkan semua pelaku usaha di sekitar Cikarang hingga Karawang.
Rapat
Hotel Enso, lanjutnya, dikembangkan sebagai hotel bisnis yang fokus melayani rapat pengusaha. Selama ini, investor di kawasan industri belum memiliki tempat yang memadai dalam menyelenggarakan berbagai rapat.
Dengan menggandeng kontraktor PT Jaya Obayashi, hotel khas Jepang itu akan resmi beroperasi pada semester II/2016. Adapun hotel itu dibangun di atas lahan seluas 3.600 meter persegi dengan luas bangunan 7.850 meter persegi. Sementara itu, satu menara bakal menampung 193 kamar yang terdiri dari 184 kamar superior dan 9 kamar premium.
Yoshihiro mengatakan, perusahaan merogoh kocek US$10 juta sebagai dana investasi konstruksi hotel. Dengan investasi tersebut, dia mengaku pendapatan berkelanjutan yang didapat per tahun akan menguntungkan.
Strategi lain juga diterapkan oleh PT Lippo Cikarang Tbk,. Dihubungi terpisah, Chief Marketing Officer Lippo Cikarang Stanley Ang menuturkan perseroan meraup pendapatan berkelanjutan dari proyek apartemen servis bertajuk Axia South Cikarang
Pasalnya, pihaknya mematok harga sewa US$2.700 hingga US$3.500 per bulan dengan masa sewa minimal 2 tahun. Menara pertama sudah beroperasi Oktober lalu dengan okupansi 95%. Kini kami mengebut pengerjaan menara kedua, katanya.
Dia menjelaskan pembangunan apartemen khusus Jepang diinisisasi karena tumbuhnya permintan pada hunian yang berskala sementara. Daripada klaster perumahan, investor memilih tinggal di apartemen sewa yang hanya berkurun beberapa tahun saja, tembahnya.
Axia South Cikarang, lanjut dia, dibangun di atas lahan seluas 1 hektare dengan investasi US$60 juta.
Selain apartemen servis, perseroan juga menggenjot pendapatan berkelanjutan melalui pembangunan rumah sakit bertajuk Siloam Hospitals dan Sekolah Pelita Harapan.