Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

INDEF: Semua Komoditas Pangan Miliki Mekanisme Pasar Tak Sehat

Semua komoditas pangan pokok, tidak hanya beras, dinilai memiliki mekanisme pasar yang tidak sehat. Spekulasi yang dilakukan para pelaku usaha komoditas pangan diduga berandil besar dalam gejolak harga yang terjadi.
Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati. /Bisnis.com
Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA – Semua komoditas pangan pokok, tidak hanya beras, dinilai memiliki mekanisme pasar yang tidak sehat. Spekulasi yang dilakukan para pelaku usaha komoditas pangan diduga berandil besar dalam gejolak harga yang terjadi.

Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati mengatakan kondisi dominasi pasar, posisi tawar petani dan asimetrik informasi pasar menjadi faktor utama buruknya mekanisme pasar, yang terjadi pada semua komoditas pangan pokok.

Sementara itu, di tengah kondisi posisi tawar petani yang lemah dan daya beli konsumen yang masih rentan, menurutnya, mestinya masih ada pengendalian dari pemerintah.

“Jangan sampai dominasi penguasaan stok diserahkan kepada mekanisme pasar oleh swasta,” kata Enny saat dihubungi Bisnis.com, Rabu (3/6/2015).

Enny menyebutkan pada Mei lalu ada pergeseran penyumbang inflasi dari beras ke komoditas-komoditas lainnya seperti bawang merah, daging, telor, daging ayam, dan cabe rawit.

Di sisi lain, menurutnya, pada Mei lalu seharusnya tidak ada pemicu kenaikan harga, berbeda dengan kondisi April, di mana ada kenaikan harga Bahan Bakar Minyak.

Kendati tidak ada pemicu naiknya harga, inflasi pada Mei lalu berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik justrumelesat 0,5% setelah pada bulan sebelumnya sempat naik 0,36%, dan menjadi laju inflasi Mei tertinggi selama 6 tahun terakhir.

Trigger pada Mei itu tidak ada, kalau tidak ada pemicunya tetapi inflasi tinggi berarti ada pihak yang bisa menentukan harga. Hal itu menunjukkan bahwa memang terjadi persaingan yang tidak sehat,” ujar Enny. []

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Avisena
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper