Bisnis.com, JAKARTA–National Maritime Institute (Namarin) mempertanyakan kejelasan pengganti Pelabuhan Cilamaya. Direktur Namarin Siswanto Rusdi mengatakan pengganti Pelabuhan Cilamaya dapat menimbulkan sejumlah persoalan, seperti lokasi dan status hukum pelabuhannya.
Menurutnya, kapasitas New Priok yang sedang dibangun akan mencukupi infrastruktur yang dibutuhkan untuk aktivitas logistik di pelabuhan. Berkembangnya pendapat tentang kejenuhan Pelabuhan Tanjung Priok, menurutnya, hanya asumsi untuk kepentingan-kepetingan tertentu. Di sisi lain, pembangunan New Priok sedang dilakukan.
“Sekarang dikembangkan asumsi pelabuhan Tanjung Priok akan jenuh. Asumsi itu didengung-dengungkan, kemudian terbentuk opini, kita harus buat pelabuhan selain di Tanjung Priok,” katanya, Senin (25/5/2015).
Seperti yang diketahui, pembangunan New Priok fase pertama akan rampung pada 2018 dengan menyelesaikan tiga terminal petikemas yang memiliki daya tampung hingga 4,5 juta petikemas per tahun.
Dia berpendapat bahwa keberadaan pengganti Pelabuhan Cilamaya akan membuat pasar terbelah dua. Di sisi lain, investasi di Tanjung Priok maupun New Priok bakal mubazir dan tidak mendapatkan keuntungan.
“Ada segelintir kelompok yang tidak ingin Tanjung Priok berkembang dengan baik. Kalau nanti pengganti Cilamaya dibangun dengan terminal yang sama, pasar yang sama, itu kan bahaya. Nanti investasi di Tanjung Priok mubazir,” ucapnya.