Bisnis.com, JAKARTA—SeaIntel, lembaga riset maritim, menunjukan data ketepatan waktu pelayaran angkutan barang via jalur laut Asia-Eropa Utara masih didominasi oleh tiga perusahaan yakni Maersk Line, Evergreen dan MSC.
Chief Operating Officer SeaIntel Alan Murphy mengatakan tingkat ketepatan waktu pengiriman (on-time performance) Maersk Line, Evergreen dan MSC mencapai masing-masing 91,1%, 81% dan 77,7% pada kuartal pertama tahun ini.
“Rata-rata perusahaan yang melayani rute ini justru mengalami penurunan ketepatan waktu menjadi 75,4% kuartal I/2015 dari 76% kuartal sebelumnya,” ujarnya dalam laporan SeaIntel, Selasa (19/5).
Namun, secara performa tahunan tingkat ketepatan waktu justru naik 28,5 persentase poin. Sementara itu, rata-rata ketepatan jadwal untuk rute Asia-Mediterania menurun 67,9% pada kuartal ini dari 76% pada kuartal IV/2014.
Dalam rute ini, Alan menjelaskan CSAV, Maersk Line dan UASC memimpin on-time performance sebesar 83,6%, 76,2% dan 74,5%.
Berdasarkan laporan ini, ketepatan waktu pengiriman Maersk Line sendiri turun ke 80,4% dari 85,1% kuartal sebelumnya.
Terkait dengan penurunan ini, Kepala Eksekusi Operational Maersk Line Keith Svendsen dalam situs resmi perusahaan menjelaskan penurunan terjadi karena adanya kongesi di pelabuhan-pelabuhan sepanjang Pantai Barat Amerika Serikat yang mempengaruhi ketepatan waktu pengiriman sepanjang Januari tahun ini.
Hasil reliabilitas oleh SeaIntel ini menunjukkan Maersk Line tergelincir ke tempat kedua, sementara CSAV mengamankan posisi teratas dengan tingkat ketepatan 81% atau unggul poin 0,6% dari Maersk Line.
Sementara itu, secara global, laporan tingkat ketepatan waktu pelayaran turun menjadi 69,9% di kuartal pertama ini dari 73,7% tahun sebelumnya.
Menurut Keith, fluktuasi ketepatan waktu pelayaran dunia disebabkan oleh faktor musiman dan kejadian di luar prediksi.
Kendati demikian, Keith mengatakan Maersk Line sendiri secara berkelanjutan terus mencari cara meningkatkan pelayanan bagi konsumen termasuk memperbaiki ketepatan waktu pelayaran.
“Tinjauan jaringan dan optimalisasi proyek tengah berjalan dan diharapkan stabil dalam beberapa minggu ke depan,” jelasnya.
Minggu lalu (14/5), Maersk Line sendiri melaporkan laba kuartal I/2015 mencapai US$714 juta atau naik 36,4% dari US$454 pada periode yang sama tahun lalu. Namun, pendapatan perusahaan pada kuartal I/2015 turun 3,2% menjadi US$6,25 triliun dari US$6,46 triliun.
Søren Skou, CEO Maersk Line, menjelaskan peraihan tersebut diterima setelah turunnya harga bunker dan menguatnya dolar AS.
Pada saat yang bersamaan, volume angkut Maersk Line turun 1,6% menjadi 2,20 juta forty feet equivalent (FFE) sedangkan ongkos penanganan kontainer per unit juga naik 2,1%. Søren mengatakan naiknya ongkos penanganan kontainer per unit menyebabkan rendahnya pemanfaatan kapal kargo perusahaan.
Sepanjang kuartal pertama, pengembalian modal investasi Maersk Line telah mencapai 14,3%. Persentase ini jauh lebih tinggi dari target jangka menengah dan panjang yang ditetapkan masing-masing pada kisaran 8,5% dan 10%.
“Saya sangat puas dengan hasil kuartal I. Ini hasil terbaik sepanjang masa. Namun, kami tidak puas dengan kenyataan penurunan volume angkut dan kenaikan ongkos kontainer,” ujarnya, dalam laporan keuangan perusahaan, minggu lalu (14/5).
Maersk Line berjanji ke depannya akan berbuat lebih banyak untuk menyesuaikan kapasitas angkutan dan permintaan.