Bisnis.com, JAKARTA -- Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Nus Nuzulia Ishak menegaskan, seluruh dana yang digunakan untuk pelaksanaan World Expo Milano tidak berasal dari dana pemerintah.
Dana Expo Milano, ujarnya, 100% murni dari pihak swasta, khususnya untuk pembangunan paviliun Indonesia. Sementara Kementerian Perdagangan hanya berperan sebagai commissioner general acara tersebut.
Terkait kurangnya dana operasional, Nus menyebutkan optimum dana adalah sebesar Rp80 miliar, tetapi ada requirement sebesar Rp50 miliar. Nus menyebutkan, masih ada beberapa perusahaan yang berkomitmen untuk menyumbang dana kurang lebih sekitar Rp10 miliar.
Adapun, operasional paviliun Indonesia saat ini sudah berkembang pesat dibanding pada saat pembukaan World Expo Milano.
“Pada saat pembukaan memang banyak sekali barang-barang kita yang masih tertahan. Pabean di sana itu tidak fleksibel. Hari Sabtu-Minggu tutup,” keluhnya.
Hal tersebut membuat pengeluaran barang-barang display paviliun Indonesia terkendala.
Pengeluaran barang dari Pabean baru bisa dilaksanakan pada 6 Mei 2015. Bahkan pada H-2 pembukaan, terjadi riot besar-besaran, sehingga berpengaruh pada keamanan paviliun.
“Ada bakar-bakaran juga, ini pengaruhnya kepada keamanan paviliun, dijaganya seperti mau perang. Kitapun H-1 kita tidak bisa masuk ke venue. Tapi sekarang kita jangan melihat masa lalu, tiga hari ini sudah normal,” ujarnya.