Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pajak Ekspor CPO: Petani Sawit Minta Manfaat Maksimal

Merespons penandatanganan Peraturan Pemerintah (PP) tentang pungutan pada ekspor minyak sawit mentah yang disebut CPO Supporting Fun (CFS), Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) meminta jangan sampai petani sawit tidak mendapatkan manfaat dari pungutan tersebut.
Petani Sawit/Bisnis.com
Petani Sawit/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Merespons penandatanganan Peraturan Pemerintah (PP) tentang pungutan pada ekspor minyak sawit mentah yang disebut CPO Supporting Fun (CFS), Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) meminta jangan sampai petani sawit tidak mendapatkan manfaat dari pungutan tersebut.

Ketua SPKS Mansuetus Darto menyampaikan kekhawatirannya atas dana CFS dapat mengulang sejarah program subsidi bunga yang ditetapkan pemerintah pada 2006, yang dananya diambi dari APBN untuk skema revitalisasi perkebunan.

“Kami menduga CFS ini sama bentuknya dengan subsidi bunga dari APBN sejak Januari 2006 disetop. Subsidi bunga yang jumlahnya hampir Rp300 miliar tersebut hanya memberi keuntungan pada swasta dan bukan petani,” jelas Darto, Jumat (8/5/2015).

Darto merujuk pada pernyataan-pernyataan yang dikeluarkan pemerintah. Menurutnya, penjelasan dari pihak pemerintah menunjukkan skema implementasi CFS tidak akan berbeda jauh dari skema subsidi bunga untuk revitalisasi perkebunan.

Nyatanya, dana tersebut dikembalikan pada petani melalu pengusaha dan tidak memberikan manfaat signifikan pada upaya penanaman kembali (replanting) kebun-kebun petani yang sebagian besar merupakan tanaman berusia tua.

Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo akhirnya menandatangani draf regulasi pungutan US$50 per ton CPO dan USS30 untuk produk turunannya, dan kutipan tersebut nantinya digunakan untuk sejumlah tujuan, termasuk meremajai kebun-kebun petani smallholders yang telah berusia tua.

Saat ditemui pascapenandatanganan  Kepres dan PP, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil menyampaikan dana yang terkumpul dari program ini berpotensi mencapai US$700 juta hingga US$800 juta atau sekitar Rp90 triliun.

“Pertama akan kita gunakan untuk subsidi biodiesel, paling sekitar 40%. Selebihnya akan kita gunakan untuk membantu rehabilitasi kebun petani. Sekarang ada lebih dari 3,5 juta kebun rakyat dan mereka tidak memiliki dana untuk rehabilitasi. Nanti kita gunakan untuk beri subsidi bunga [pada petani],” kata Sofyan, Rabu (6/5/2015).

Dengan memanfaatkan dana ini, Sofyan berharap kebun rakyat dapat meningkat produktivitasnya menjadi 7-8 ton per hektare layaknya kebun-kebun yang dimiliki korporasi. Saat ini, produktivitas kebun sawit rakyat hanya setengahnya yaitu 3,5-4 ton per hektare.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dara Aziliya
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper