Bisnis.com, JAKARTA – Ribuan ton garam produksi petani di Lombok, Nusa Tenggara Barat, belum terserap sehingga petani merugi.
Sekjen Persatuan Petambak Garam Indonesia (PPGI) Muhammad Sarli mengatakan pemerintah harus segera mengatur distribusi garam lokal sebelum memutuskan untuk membuka keran impor.
“Di Lombok ada ribuan ton garam petani, demikian pula masih banyak stok di Sumenep, Madura, Jawa Timur, dan sejumlah daerah lainnya,” katanya, Rabu (29/4/2015).
PPGI tengah tengah melakukan stock opname untuk memastikan stok garam petani rakyat yang belum digunakan.
Data tersebut, lanjutnya, akan diberikan kepada pemerintah sebagai bahan pembanding dalam pembahasan rencana impor garam. Sejak awal tahun ini, pemerintah belum membuka keran impor.
Hasil pengecekan sementara, Sarli menilai stok garam petani masih cukup untuk memenuhi kebutuhan garam konsumsi maupun industri.
Di sejumlah daerah bahkan stok garam masih menumpuk hingga ribuan ton.
Sarli berharap pemerintah tidak buru-buru membuka keran impor agar harga garam petani tidak semakin jatuh.
Saat ini, lanjutnya, rata-rata harga garam petani hanya berada di kisaran Rp600 perkg, lebih rendah dibandingkan dengan harga keekonomian yang idealnya mencapai Rp750 perkg.
Menurut Sarli, secara kuantitas stok garam petani cukup untuk memenuhi kebutuhan garam konsumsi maupun industri.
Namun demikian, dia mengakui kualitas garam memang belum seluruhnya sesuai dengan kebutuhan garam industri yang mensyaratkan kadar NaCl setidaknya 97%.
Padahal, rata-rata kadar NaCl garam petani ada pada kisaran 90%-94%.
Oleh karena itu, menurutnya, perlu dilakukan alih teknologi di kalangan petani untuk dapat meningkatkan kuantitas maupun kualitas produksi garam.
Sarli menyambut baik komitmen pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang memberikan bantuan geo membran serta pendampingan teknis yang dinilai efektif meningkatkan produksi garam petani.