Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bibit Kopi Minim Sertifikasi, Penetrasi Pasar Lokal & Ekspor Terhambat

Pemerintah pusat maupun daerah diminta menyebar bibit kopi yang bersertifikasi guna menjaga kualitas serta mutu produksi komoditas itu.
Bijih kopi/bisnis.com
Bijih kopi/bisnis.com

Bisnis.com, BANDUNG - Pemerintah pusat maupun daerah diminta menyebar bibit kopi yang bersertifikasi guna menjaga kualitas serta mutu produksi komoditas itu.

Ketua Koperasi Petani Kopi Warga Masyarakat Hutan (Koptan Kowamah) Jabar Iyus Supriatna menjelaskan saat ini masih ada sebagian perkebunan kopi masyarakat yang menanam bibit tidak bersertifikasi.

Kondisi ini dikhawatirkan memicu produksi kopi kurang bagus sehingga kurang diserap oleh pasar domestik maupun internasional.

“Para petani saat ini sangat minim modal untuk mendapatkan bibit bersertifikasi," ujarnya kepada Bisnis.com, Senin (13/4/2015).

Menurutnya, pemerintah harus terjun langsung ke lapangan untuk memeriksa perkebunan yang sudah menggunakan bibit kopi tersertifikasi dan belum.

Dengan begitu, jika pemerintah akan menyebarkan bibit kopi tersertifikasi tentu akan tepat sasaran.

Selain itu, pihaknya juga meminta pemerintah menyiasati gagal panen produksi kopi mengingat musim panen mundur hingga Mei.

Dia menjelaskan seharusnya panen kopi dimulai April ini tetapi kendala anomali cuaca membuat produksi harus mundur sekitar sebulan.

"Masalah ini yang harus menjadi perhatian bersama, terutama pemerintah pusat,” ujarnya.

Adapun, volume produksi kopi di Jabar saat ini mencapai 2,3 ton per hektare, dengan luas lahan yang mencapai 30.500 ha yang tersebar di Kabupaten Bandung, Garut, Sukabumi, Ciamis, dan Tasikmalaya.

Sementara itu, para petani kopi di Kabupaten Bandung Jabar mengingatkan pemerintah agar dalam penyaluran bantuan tepat sasaran. Karena, selama ini pemberian bantuan terkesan asal-asalan sehingga orang yang seharusnya menerima malah sebaliknya.

Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Rahayu Tani Kabupaten Bandung Supriatna Danuri mengatakan agar bantuan yang diberikan tidak sia-sia, maka calon penerima dan lokasinya harus jelas dan diberi pendampingan.

"Ketika ada bantuan, biasanya ada kelompok tani yang tiba-tiba muncul. Mereka eksis saat akan bantuan diberikan. Akibatnya, petani yang benar-benar membutuhkan harus gigit jari," kata Danuri.

Perlunya pendampingan tidak hanya agar bantuan tepat sasaran, tapi karena tanaman kopi ini masih jarang dibudidayakan sehingga masih banyak masyarakat Kabupaten Bandung maupun Jabar yang belum mengenalnya.

Saat ini, peran penyuluh pertanian nyaris tak terlihat. Padahal petani dalam menjalankan usahanya memerlukan peran seorang penyuluh agar mereka bisa terhindar dari kerugian.

Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengatakan pada tahun ini pihaknya telah menyalurkan bantuan satu juta bibit pohon kopi terhadap petani di daerah itu.

“Tahun depan kami berencana menyebar tiga juta bibit pohon. Bibit tersebut tentunya bersertifikasi karena dalam ekspor sertifikasi menjadi syarat utama bagi pembeli,” katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper