Bisnis.com, JAKARTA — Kalangan industri meminta pemerintah tidak perlu membuka kembali keran ekspor produk mineral guna mendorong hadirnya ivestasi yang mendukung penghiliran industri.
Komisaris Utama PT. Indonesia Asahan Aluminium (Persero) Agus Tjahjana mengatakan wacana dibukanya keran ekspor bijih bauksit tidak perlu realisasikan guna menjaga tren pertumbuhan investasi smelter.
Menurutnya, jika pemerintah memilih untuk membuka kembali keran ekspor produk mineral, diyakini pembangunan smelter di Tanah Air akan menyusut.
“Sekarang momentum yang baik untuk menghadirkan investasi smelter, sekaligus mendorong penghiliran industri. Sayang jika bauksit kita diekspor, karena kualitas bauksit terbaik di dunia dimiliki kita dan Papua Nugini,” tuturnya saat dihubungi Bisnis.com, Senin (13/4/2015).
Selama ini, bauksit nasional diekspor 70% untuk kebutuhan China, sehingga dengan ditutupnya pintu ekspor malah dimungkinkan hadirnya investasi smelter dari negara tersebut. Agus mengatakan tingginya permintaan bauksit dunia, dapat dijadikan momentum untuk mendorong penghiliran industri nasional.
“Memang aneh kita punya bauksit tetapi tidak punya smelternya, maka dari itu sekarang waktunya. Perundangan juga jelas, seperti UU No 3 tentang Perindustrian, dan undang undang minerba,” tambahnya.
Pada kesempatan berbeda, Direktur Eksekutif Indonesian Resource Studies Marwan Batubara keran ekspor bijih bauksit tidak boleh lagi dibuka karena pengalaman buruk adanya lonjakan besar-besaran ekspor bauksit pada 2013.
Pemerintah harus tetap konsisten menerapkan kebijakan larangan ekspor. Menurutnya, jika pemerintah ingin membangun industri hilir berbasis pertambangan maka tidak boleh ada relaksasi ekspor.
“Perundangan yang menerbitkan kan pemerintah, tidak pantas jika yang melanggar juga pemerintah, akan membentuk preseden buruk tentunya. Presiden harus angkat bicara mengenai konsistensi pemerintah,” katanya.
Marwan juga meminta sikap tegas pemerintah diberlakukan bagi komoditas mineral lainnya seperti tembaga dan nikel. Pasalnya, perusahaan-perusahaan tersebut sudah lama beroperasi di Indonesia dan menikmati keuntungan dari sumber daya alam Indonesia.
“Walaupun sudah membangun smelter, tetap tidak diperkenankan mereka mengambil porsi untuk ekspor langsung bauksit,” tambahnya.