Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tercekik BBM, Penumpang Bus Anjlok 45%

Pengusaha bus mengeluhkan anjloknya jumlah penumpang pada setiap trayek yang mencapai 45%. Load factor bus mengalami penurunan sejak awal tahun
Armada angkutan bus di Terminal Leuwipanjang, Bandung, Jawa Barat, Senin (30/3/2015)./JIBI-Rachman
Armada angkutan bus di Terminal Leuwipanjang, Bandung, Jawa Barat, Senin (30/3/2015)./JIBI-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA - Pengusaha bus mengeluhkan anjloknya jumlah penumpang pada setiap trayek yang mencapai 45%. Load factor bus mengalami penurunan sejak awal tahun

Pada Januari 2015, keterisian penumpang menyentuh 60%, tetapi menurun lagi secara signifikan hingga bulan ini. Penurunan load factor selain efek dari fluktuasi bahan bakar minyak juga dipengaruhi kondisi jalan raya yang tidak layak.

Ketua Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) Kurnia Lesani Adnan me ngatakan kondisi tersebut telah membuat pengusaha bus terjepit. Menurutnya, pe merintah tidak memberikan stimulus untuk menumbuhkan transportasi publik jarak jauh dengan membiarkan penentuan harga BBM tidak pada satu titik tertentu dalam jangka waktu lama. Namun, dia menuntut pemerintah untuk memperbaiki infrastruktur jalan raya.

“Kita tidak minta disubsidi secara uang melalui Solar, tapi tolong prasarana jalan diperbaiki,” katanya, Jumat (10/4/2015).

Biaya perawatan turut membeng kak karena prasarana jalan yang tidak mendukung transportasi publik berbasis jalan raya.

Dia mencontohkan kondisi jalan dari Pulau Jawa dengan tujuan Pulau Sumatra.

Di jalur itu, pada lintas timur tepatnya perbatasan Lampung ke Jambi menjelang Riau terdapat total 100 km jalan yang rusak. Lintas barat terdeteksi 150 km jalan rusak parah tepatnya di Lampung Barat ke arah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

“Bus menghadapi keadaan itu, bus paling babak belur,” ujar Kurnia.

Selain itu, pemerintah perlu menetapkan standar kualitas Solar di setiap SPBU sehingga sama. Sebab, kerap kali dia menemukan kualitas Solar yang buruk dengan kandungan sulfur yang tinggi.

UNTUNG MINIM

Pemilik PO Siliwangi Antar Nusa Hasanuddin Adnan me nuturkan saat ini jumlah pe numpang busnya berada di kisaran 20 penumpang. Untuk biaya operasional dalam perjalanan pulang-pergi (PP) satu unit bus dari Ponorogo ke Bengkulu, pihaknya mengeluarkan Rp14 juta.

Sementara itu, harga tiket bus Rp350.000 per penumpang. Maka, biaya operasional dan pembelian tiket sama sehingga pemasukan sangat tipis bahkan tidak ada.

“Jadi habislah itu. Be lum lagi ban terkikis, oli me nyusut, risiko kecelakaan, bahkan pengusaha bus jadi kuda lumping karena ada pe lemparan kaca,” ucapnya.

Insiden pelemparan benda keras ke kaca bus kerap dialami pada setiap unit bus. Oknum pemecah kaca terdapat di seluruh jalan yang dilewati bus terutama pada malam hari.

Kondisi tersebut diperparah dengan peristiwa kecelakaan yang sering mempersalahkan pengemudi bus.

Menurutnya, kecelakaan yang melibatkan bus AKAP karena kecerobohan pengendara lainnya terutama pengendara sepeda motor.

“Saya ini seperti membeli nyawa. Setiap ada korban tewas dari pengendara motor, saya harus beri uang santunan Rp50 juta,” katanya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Veronika Yasinta
Sumber : Bisnis Indonesia
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper