Bisnis.com, JAKARTA -- Kendati banyak minat atau komitmen investasi yang masuk dari China dalam kunjungan Presiden Joko Widodo pekan lalu, pemerintah akan terus mengawal realisasi investasinya.
Kepala Badam Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani mengatakan langkah ini dilakukan karena rasio investasi dari negara yang dipimpin Xi Jinping itu terhitung kecil, hanya 7%
"Artinya, selama ini hanya 7% komitmen investasi yang terealisasi," ujarnya, Rabu (1/4/2015).
Menilik data BKPM dalam kurun 2005-2014, dari total komitmen investasi senilai US$24,27 miliar, hanya US$1,8 miliar yang direalisasikan. Performa ini jauh lebih rendah dari rasio investasi Jepang yang mencapai 62%.
Rendahnya rasio investasi China, sambungnya, dipengaruhi oleh beberapa kondisi, a.l. pertama, banyaknya investor tersebut tidak dibarengi kecocokan mitra dalam negeri. Kondisi ini membuat investor batal merealisasikan investasinya.
Kedua, belum banyaknya informasi terkait kondisi wilayah yang ada di Indonesia meskipun investor sudah memasukan permohonan izin prinsip. Ketiga, banyak investor yang merasa frustasi dengan proses perizinan yang lama selama ini. Keempat, tidak kredibelnya investor yang daftar ke BKPM.
Franky enggan menyebut ada investor yang bodong. Namun, belum lama ini, BKPM membatalkan 6.541surat persetujuan/izin prinsip (SP/IP) penanaman modal asing (PMA) dan 9 untuk PMDN pada periode 2007-2012.
Dari sisi negara, rencana investasi yang paling banyak dibatalkan berasal dari Korea Selatan yakni 20%, China 11%, Malaysia 9%, dan Singapura 8%.
Mantan Ketua Apindo itu mengatakan instansinya akan membentuk kantor perwakilan BKPM di China seperti yang ada di Tokyo saat ini. Selain mengoptimalkan informasi dan kerja sama dengan seluruh stakeholder, langkah ini dinilai akan efektif dalam mengakselerasi realisasi investasi dari China.
Franky menargetkan untuk tahun ini rasio investasi dari Negeri Tembok Raksasa itu bisa mencapai 30%. Sementara, rasio investasi dari Jepang ditargetkan naik hingga 80%. Dia optimistis rasio investasi dari China bisa terakselerasi karena pada kuartal IV tahun lalu, investasi dari Jepang tercatat US$700 juta dan mencatatkan performa investasi selama 2014 senilai US$800 juta.
Deputi Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM Azhar Lubis mengatakan untuk investasi di sektor-sektor prioritas pembangunan nasional utamanya infrastruktur, instansinya akan proaktif dengan pihak perusahaan untuk merealisasikan investasinya.
"Kita akan proaktif komunikasi dengan perusahaan dan memfasilitasi apabila ada permasalahan yang dihadapi di dalam merealisasikannya," ujarnya Azhar.