Bisnis.com, BENGKULU - Produsen kopi luwak di Desa Batu Bandung, Kecamatan Muara Kemumu, Kabupaten Kepahiang, Bengkulu mengalami kesulitan mendapatkan bahan baku yaitu panenan buah kopi jenis arabika.
"Hampir semua petani di sini menanam kopi jenis robusta, sedangkan permintaan konsumen kopi luwak adalah jenis arabika," kata Sahid, produsen kopi luwak dengan sistem penangkaran luwak di Desa Batu Bandung, Jumat (6/3/2015).
Saat reses atau jaring aspirasi anggota DPRD Provinsi Bengkulu dari daerah pemilihan Kabupaten Kepahiang, ia mengatakan bahan baku kopi arabika masih didatangkan dari Kabupaten Lebong, berjarak 40 kilometer dari desanya.
Untuk mengatasi ketergantungan terhadap bahan baku tersebut, Sahid mulai menanam kopi jenis arabika di kebunnya seluas 3 hektare. Namun, ia mengeluhkan sulitnya mendapat bibit kopi arabika untuk batang atas.
"Jadi pakai sistem stek, batang bawah jenis robusta, batang atas arabika," kata dia. Saat ini, kata Sahid, ada 2.500 batang kopi arabika yang sudah ditanam di kebunnya.
Kopi sudah mulai berbuah namun sebagian besar bahan baku masih didatangkan dari Lebong. "Target kami, tahun depan buah kopi tidak perlu lagi didatangkan dari Lebong, tapi sudah bisa dipanen dari kebun sendiri," katanya.
Anggota DPRD dari daerah pemilihan Kabupaten Kepahiang, Ramli Rem mengatakan akan menyampaikan kebutuhan petani akan bibit kopi arabika kepada pemerintah.
"Seharusnya pemerintah jeli melihat pasar kopi dunia, di mana jenis arabika memang paling diminati dan menjamin petani dapat mengakses bibit," katanya.
Kabupaten Kepahiang merupakan salah satu sentra kopi di Provinsi Bengkulu selain Kabupaten Rejanglebong dan Lebong.
Data Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu pada 2012 mencatat produksi kopi Kepahiang sebanyak 20.366 ton dengan luas tanaman menghasilkan mencapai 24.868 hektare. []