Bisnis.com, PADANG - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional lebih memprioritaskan pengembangan industri perkapalan daripada mengembangkan mobil nasional.
Menteri PPN/Bappenas Andrinof A Chaniago mengatakan pemerintah lebih mendorong pengembangan industri perkapalan daripada mobil nasional, karena kebutuhan pembangunan sektor kemaritiman.
"Kami lebih mendorong pengembangan industri galangan kapal, karena kebutuhan kapal lebih penting saat ini untuk mendorong sektor kemaritiman daripada mengembangan industri mobil nasional," katanya di Padang, Minggu (8/2/2015).
Dia menuturkan kebutuhan kapal dalam negeri cukup besar karena pemerintah fokus menggarap sektor kemaritiman yang memerlukan kapal dalam jumlah besar untuk membangun konektifitas antar pulau.
Kebutuhan kapal di antaranya untuk angkutan barang dan penumpang, serta kapal wisata yang diperlukan untuk menunjang aktifitas sektor pariwasata.
Andrinof mengatakan pemerintah belum berencana menghidupkan mobil nasional (Mobnas). Namun, jika swasta berinisiatif membangun industri otomotif dalam negeri, pemerintah akan memfasilitasi.
Pekan ini, wacana mobnas kembali muncul setelah Presiden Joko Widodo bertemu dengan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak dan menjadi saksi penandatangan MoU kedua negara untuk mengembangkan sektor otomotif.
Informasi yang beredar di media massa menyebutkan perusahaan otomotif asal Malaysia Proton akan bekerjasama dengan perusahaan lokal Adiperkasa Citra Lestari (ACL) untuk mengembangkan mobil nasional.
"MoU begitu sah-sah saja. Pemerintah tentu mendorong kalau swasta mau bangun industri, kan murni business to business. Tidak ada masalah, tidak perlu diributkan kecuali menggunakan uang negara atau minta pengurangan pajak, itu baru masalah," katanya.
Andrinof mengatakan tidak menutup kemungkinan pemerintah kembali menghidupkan mobnas. Namun, sampai saat ini rencana itu belum dibahas dalam rapat kabinet.
Menurutnya, untuk membangun mobnas pemerintah tidak bisa melakukan sendirian, tentu akan bekerjasama dengan negara lainnya, seperti Korea Selatan dan Jepang misalnya, yang sudah unggul di industri otomotif.
"Tidak menutup kemungkinan bekerjasama dengan negara manapun. Tentu dilakukan kajian terlebih dahulu, mana yang lebih menguntungkan," ujarnya.