Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia didorong untuk memanfaatkan derasnya arus urbanisasi atau perpindahan penduduk ke kota-kota besar. Jika dikelola secara benar, urbanisasi diyakini dapat berdaampak positif pada pemerataan pertumbuhan.
Ekonom Kawasan Perkotaan World Bank Indonesia Taimur Samad mengungkapkan dia menolak tegas asumsi bahwa urbanisasi memberatkan infrastruktur dan pelayanan kebutuhan dasar.
"Kepadatan penduduk justru dapat mendekatkan korporasi, masyarakat, dan ide-ide yang dapat menjadi landasan pertumbuhan berbasis ilmu pengetahuan seperti yag Indonesia cita-citakan," kata Taimur di Jakarta, Senin (26/1/2014).
Dalam laporan terbarunya bertajuk East Asia Changing Urban Landscape, World Bank mengungkapkan tingkat urbanisasi Indonesia amat tinggi, dengan populasi perkotaan meningkat 4,4% setiap tahunnyaatau lebih tinggi dari rata-rata pertambahan penduduk perkotaan China yaitu 3,6%, India 3,0%, dan Filipina 3,6%.
Indonesia juga didaulat sebagai salah satu negara dengan tingkat urbanisasi paling tinggi di Asia, dengan estimasi sebanyak 52% total populasi tinggal di perkotaan. Pada 2015, World Bank memprediksi 68% total populasi Indonesia terkonsentrasi di perkotaan.
Kendati populasi perkotaan tumbuh signifikan, berdasarkan perhitungannya, Taimur mengungkapkan setiap 1% pertumbuhan urbanisasi hanya mampu mendorong pertumbuhan PDB Indonesia sebesar 2%.
"Sumbangan urbanisasi itu cukup rendah jika dibandingkan dengan sumbangan urbanisasi pada PDB China yaitu 6%, Vietnam 8%, dan Thailand 10%.," tambahnya.
Untuk itu, Taimur merekomendasikan pemerintah justru harus memanfaatkan tingginya tingkat urbanisasi ke kota-kota besar, untuk menggenjot produktivitas di berbagai sektor sehingga hasilnya dapat didistribusikan secara merata ke area-area perdesaan.
Hasil produktivitas perkotaan, lanjutnya, dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar di perdesaan seperti pendidikan dan kesehatan. Sehingga penduduk perdesaan dapat mengakses kebutuhan hidup layak setara dengan masyarakat perkotaan.