Bisnis.com, JAKARTA -- Sepanjang tahun ini Kementerian Perindustrian mencatat ada sejumlah pembangunan pabrik semen baru di Indonesia.
Menteri Perindustrian Saleh Husin menyebutkan proyek yang dimaksud ialah pembangunan pabrik baru PT Semen Tonasa di Pangkep, Sulawesi Selatan (Tonasa V), unit penggilingan semen di Banyuwangi, Jawa Timur, dan pembangunan pabrik PT Holcim Indonesia di Tuban, Jawa Timur.
"Kapasitas Tonasa V 2,5 juta ton per tahun, penggilingan di Banyuwangi 1,2 juta ton per tahun, dan Holcim 1,7 juta ton per tahun," katanya, di Jakarta, Selasa (30/12/2014).
Pabrik Tonasa V diresmikan pada 19 Februari 2014. Untuk pabrik penggilingan di Banyuwangi dibangun mulai Mei 2012 dan ditargetkan selesai pada triwulan I/2015.
Sedangkan pabrik Holcim di Tuban kini dalam proses konstruksi dan direncanakan tuntas paling lambat pengujung tahun ini.
Luar Jawa
Kini perhatian produsen semen tidak semata terpusat di area barat Indonesia melainkan mulai menguat ke Kawasan timur, seperti yang dilakukan Semen Bosowa.
Perusahaan semen itu memperkuat rantai distribusinya di wilayah Nusa Tenggara Barat melalui pengoperasian Silo Packing Plant (SPP) di Kabupaten Lombok Barat, NTB, pada 24 Desember 2014.
Fasilitas ini diharapkan bisa mempercepat distribusi dan meningkatkan pelayanan.
Pabrik pengepakan tersebut berkapasitas 500.000 ton per tahun dan menelan investasi Rp84 miliar.
Bosowa mengklaim SPP dibangun tidak semata untuk memenuhi permintaan pasar tetapi juga berkontribusi terhadap pembangunan infrastruktur di kawasan timur RI.
“Pabrik pengepakan ini adalah unit pengantongan semen yang akan membantu efisiensi dan efektifitas distribusi di wilayah NTB,” tulis Direktur PT Semen Bosowa Maros, Subhan Aksa.
Pabrik pengepakan Silo adalah fasilitas keenam setelah di Banyuwangi (Jawa Timur), Ciwandan (Banten), Samarinda (Kaltim), Kendari (Sultra), dan Balikpapan (Kaltim).
SPP yang berlokasi di kawasan Pelabuhan Lembar, Lombok Barat, dibangun kontraktor EPC Waskita Karya.
Permintaan semen di Nusa Tenggara Barat diyakini terus bertambah hingga beberapa tahun ke depan.
Oleh karena itu Bosowa memperkuat jaringan distribusi melalui pengoperasian pabrik pengepakan Silo.
Fasilitas ini diharapkan dapat mengimbangi pertumbuhan konsumsi dengan produksi Bosowa.
Bosowa mencatat pertumbuhan konsumsi semen di NTB setiap tahun tumbuh rerata 11,74%, meskipun pada tahun lalu dirasa ada perlambatan.
Meskipun sektor pertanian turun tetapi konstruksi tetap jadi motor pendorong pertumbuhan setinggi 8,68%.
“Permintaan semen akan terus meningkat, bagi kami dari dunia usaha ini merupakan sebuah peluang,” ujar Subhan.
Kini Bosowa menjadi produk semen terlaris setelah Indocement di NTB.
Pangsa pasar Bosowa di kawasan itu sekitar 18,41% sepanjang tahun lalu.
Persentase ini diklaim meningkat 17,33% dibandingkan dengan penguasaan pasar pada dua tahun silam.
Pada akhir 2013 Bosowa meresmikan Kiln Plant Semen Bosowa Maros berkapasitas produksi 1,8 juta ton per tahun.
Total kapasitas produksi pabrik Semen Bosowa di Sulawesi Selatan kini 4 juta ton atau naik 81,81% dari 2,2 juta ton per tahun.
Ditambah produksi pabrik Bosowa Indonesia di Batam maka total produksi mencapai 5,2 juta ton per tahun.
Penguatan bisnis di semen di kawasan timur juga dilakukan Semen Indonesia melalui pembangunan pabrik di Jayapura, Papua.
Fasilitas produksi ini menelan Rp1,2 trilun berkapasitas 600.000 ton – 1 juta ton per tahun.
Pabrik tersebut bertujuan untuk memperkuat penguasaan 70% pasar di Papua – Maluku.
Kebutuhan semen di wilayah ini diperkirakan mencapai 1,5 juta ton per tahun, khusus untuk Papua saja sekitar 600.000 ton.
Semen Indonesia tengah melakukan kajian terhadap berbagai hal terkait pembangunan pabrik di Papua termasuk soal pengadaan lahan.
Jika studi yang dilakukan menunjukkan proyek ini feasible maka pemancangan tiang pertama dilakukan pada 2015.