Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Suku Bunga Naik, Pengembang Cenderung Konservatif

Dengan kondisi pasar yang belum terlalu stabil ditambah tekanan ekonomi global, pengembang mematok pertumbuhan yang cukup konservatif untuk tahun depan.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA—Dengan kondisi pasar yang belum terlalu stabil ditambah tekanan ekonomi global, pengembang mematok pertumbuhan yang cukup konservatif untuk tahun depan.

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) beberapa waktu lalu membuat posisi saat ini berada pada 7,75%. Seperti diketahui, BI Rate dikhawatirkan akan naik kembali seiring dengan kemungkinan rencana penaikan suku bunga bank sentral Amerika Federal Reserve (the Fed).

“Jika BI Rate naik lagi, pasti tahun depan akan cukup berat. Karena itu perusahaan menargetkan pertumbuhan yang konservatif. Kita tidak akan memasang target terlalu tinggi. Yang pasti targetnya harus realistis,” kata Direktur PT Jababeka Tbk. Suteja S. Darmono saat dihubungi Bisnis, Selasa (16/12).

Oleh karena itu, untuk membantu pertumbuhan bisnis yang lebih baik, dia berharap BI dapat mempertimbangkan untuk memberi kelonggaran pada kebijakan loan to value (LTV) yang telah berjalan lebih dari satu tahun.

Menurutnya, tingginya suku bunga yang telah menembus angka dua digit di tambah dengan beban uang muka yang cukup tinggi, akan membuat masyarakat kelas menengah terpukul.

“Pemerintah harus mempertimbangkan bentuk keringanan lain untuk memacu pertumbuhan yang lebih baik tahun depan. Kita membutuhkan stimulus baru. Jika memungkinkan, aturan LTV bisa di review kembali,” tambahnya.

Suteja memperkirakan BI belum akan mengubah besaran BI Rate setidaknya dalam satu bulan ke depan. Menurutnya, kenaikan BI Rate baru akan terjadi pada kuartal I/2015. Jika kenaikan tidak dapat dihindari, sambungnya, sebaiknya kenaikan tidak melebihi angka 25 basis poin.

Corporate Secretary PT Metropolitan Land Tbk. Olivia Surodjo memperkirakan setidaknya pendapatan perusahaan pada tahun depan akan lebih bagus dari tahun ini. Perlambatan yang terjadi sepanjang 2014 lebih disebabkan pengaruh pemilihan umum presiden.

“Jika ditanya apakah tahun depan masih bagus? Saya percaya pendapatan perusahaan masih bisa tumbuh antara 15%-20%. Apakah baik sekali? Belum tentu. Kita tahu kondisi tahun depan tidak seperti yang lalu, karena berbagai tekanan yang ada,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Fatia Qanitat

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper