Bisnis.com, JAKARTA – Anjloknya nilai tukar rupiah dalam beberapa pekan terakhir, diyakini karena faktor eksternal, yang juga dialami oleh hampir semua mata uang negara lainnya.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil tekanan nilai mata uang terhadap dolar AS tidak hanya terjadi di Indonesia.
"Ini kan tren global ya, bukan hanya di Indonesia. Kan semua mata uang mengalami tekanan yang luar biasa," ujar Sofyan di Kantor Menko, Selasa (16/12/2014).
Dia menjelaskan membaiknya perekonomian Amerika Serikat disertai menguatnya mata uang negara tersebut dan juga antisipasi kebijakan bank sentral AS The Fed, berkontribusi terhadap pelemahan rupiah.
Namun, lanjut Sofyan, apabila dibandingkan dengan negara lain, depresiasi rupiah relatif lebih baik karena tidak mengalami tekanan yang begitu dalam.
"Rupiah is not bad, not the worst [tidak buruk, bukan paling buruk]. Sampai hari ini depresiasi rupiah sepanjang tahun hanya 4%," kata Sofyan.
Sofyan menegaskan pemerintah akan terus melakukan berbagi upaya untuk menjaga stabilitas rupiah dan sesuai dengan fundamental Indonesia.
Dia menambahkan pelemahan rupiah bukan karena persoalan di dalam negeri. Suasana politik yang relatif stabil dan kerja keras dari kabinet saat ini justru diyakini akan memperbaiki perekonomian ke depannya.
"Masalah pelemahan rupiah berasal dari luar Indonesia atau global trend. Kami akan melakukan segala upaya untuk menjaga rupiah," ujar Sofyan.
Bloomberg Dollar Index mencatat rupiah terdepresiasi 0,61% ke Rp12.791/US$ pada pembukaan pagi ini. Pada pukul 09.13 WIB, rupiah bertengger di Rp12.912 per dolar AS atau melemah 1,56%. Sampai dengan waktu tersebut rupiah bergerak di kisaran bergerak di kisaran Rp12.743—12.918.