Bisnis.com, JAKARTA - Wajar saja jika Subur, penjual pisang di Pasar Pisang Palmerah, Jakarta Barat mengerti betul akan pisang.
Karirnya di dunia buah kuning ini terbilang cukup panjang, mulai dari menjadi petani, sopir angkut pisang dari Lampung-Jakarta, hingga yang terakhir bos pemilik kios di Pasar Pisang Palmerah.
“Kalau yang bagus, sisi-sisinya kelihatan bulat,” ujar Subur memberikan tipsnya, meski untuk yang belum biasa akan sulit membedakan mana pisang yang bulat dan tidak.
Pria berumur 54 tahun ini lahir di Lampung, kota yang memang identik dengan komoditas buah pisang. Sebelum 1990, Subur bekerja sebagai petani buruh di daerahnya, mulai dari menggarap sawah, hingga mengurus kebun.
Dari pengalamannya menjadi petani pisang, Subur kemudian menjadi pengirim pisang. Menggunakan truk berjenis L300 Subur biasa menyupai kebutuhan pisang di kawasan Jakarta, Bandung, hingga Cirebon.
Subur kemudian memutuskan menetap di Jakarta dan mendirikan kiosnya di Pasar Palmerah, tempat dia biasa mengedrop pisang-pisangnya tersebut.
Setidaknya dalam satu bulan, kios Subur membutuhkan empat truk pisang dari Lampung. Dia menyebutkan, satu truk pisang biasanya dia beli seharga Rp10 juta. Dari satu truk itu minimal Subur bisa mengantongi keuntungan sebesar Rp1,5 juta.
Pisang yang dijual pun bermacam-macam, mulai dari pisang raja, pisang ambon, pisang mas, pisang uli. Harga pun bervariasi, mulai yang paling murah dijual per sisir Rp10.000 hingga yang paling mahal Rp200.000 per tandan.
Konsumen Subur kebanyakan merupakan para pedagang dari pasar lain seperti dari Pasar Slipi Jaya, Pasar Tanah Abang, Pintu Air, hingga Pasar Grogol. Meski menyebutkan komposisinya hampir sama antara pembeli grosir dan eceran, Subur lebih mengutamakan para pembeli grosir. Seperti minggu lalu, subur bisa berhasil menjual sebesar Rp6,7 juta hanya dari grosir saja. Sisanya baru diecer ke penjual-penjual gorengan.