Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Pertanian menyatakan perubahan iklim membuat tingkat rendemen tebu tidak mampu mencapai ketetapan 8% sehingga realisasi produksi gula sesuai taksasi sebesar 2,7 juta ton diragukan.
Dirjen Perkebunan Gamal Nasir mengatakan tingkat rendemen tebu yang tercapai pada tahun ini nyatanya hanya 7,5% yang pengaruh utamanya disebabkan ketidakpastian cuaca yang terjadi sepanjang tahun.
“Kering, tiba-tiba terus hujan, lalu berbunga. Ini mengurangi nira di tebu itu sendiri, sehingga rendemen turun,” katanya kepada Bisnis, (2/12/2014).
Gamal mengatakan selama ini target taksasi dihitung berdasarkan ramalan BMKG dalam fase normal, sehingga perubahan cuaca tersebut tidak menguntungkan komoditas tebu.
Dia mengharapkan target taksasi sebesar 2,7 juta ton bisa tercapai mengingat petani tebu masuk dalam masa giling saat ini.
“Atau paling tidak karena kondisi ini mudah-mudahan bisa sama dengan tahun lalu sebesar 2,5 juta ton,” katanya.
Sampai September 2014, Dewan Gula Indonesia mencatat jumlah produksi gula nasional mencapai 2.020.609 ton dengan luas tanaman mencapai 366.968 ha dan rendemen sebesar 7,49%.
Gamal menjelaskan rendahnya rendemen tebu itu juga dipengaruhi belum berjalannya revitalisasi pabrik gula secara maksimal, sehingga hasil produksi tidak terdongkrak.
Menurutnya, seluruh Kementerian harus aktif memperbaiki masalah gula, seperti Kementerian Perdagangan terkait importasi dan distribusi gula di pasar, Kementerian Perindustrian terkait revitalisasi pabrik, serta Kementerian Agraria untuk ekstensifikasi lahan tebu.
“Kementerian Pertanian itu hanya 20%-nya, kita inginkan semuanya juga aktif sehingga rendemen bisa naik dan produksi juga dapat memenuhi kebutuhan,” katanya.