Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia memandang penaikan harga BBM subsidi saja tak cukup menyehatkan fiskal. Pemerintah diminta berani mengeksekusi subsidi tetap atau fixed subsidy untuk menciptakan APBN yang berkelanjutan.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo melihat pemangkasan subsidi energi sekadar dengan menaikkan harga BBM setiap kali terjadi tekanan kurs atau kenaikan harga minyak dunia hanya akan menimbulkan ketidakpastian di kemudian hari.
"Jadi, ada baiknya setelah kenaikan, jumlah subsidinya di-fixed, misal Rp500 atau Rp1.000 per liter, itu lebih baik. Kalau kenaikan bertahap, kalau tidak pasti naiknya berapa dan kapan, itu sering menimbulkan ekspektasi yang berlebihan," katanya saat berdialog dengan 72 rektor universitas se-Indonesia, Senin (17/11/2014).
Wacana subsidi tetap sesungguhnya telah dilontarkan sejak lama oleh pemerintah, tetapi tidak berani dieksekusi karena kurang popular.
Dengan subsidi tetap maka belanja subsidi energi dalam APBN tidak akan sensitif terhadap fluktuasi harga minyak dunia dan nilai tukar rupiah. Namun konsekuensinya, harga BBM subsidi di tingkat eceran bisa bergerak setiap waktu, menyesuaikan perubahan harga internasional.