Bisnis.com, YOGYAKARTA -- Rencana Presiden Joko Widodo untuk memperkuat sektor maritim dan membuat jalur bebas hambatan di wilayah perairan RI mendapat dukungan positif dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).
Kepala LAPAN Thomas Jamaludin mengemukakan saat ini pihaknya tengah mengembangkan teknologi pemantauan jarak jauh melalui satelit mikro dan pesawat tanpa awak (UAV) atau yang dikenal dengan istilah drone.
"LAPAN mendukung kebijakan pemerintah yang akan memperkuat sektor maritim. Kami sedang kembangkan beberapa teknologi. Nanti itu dapat dikoordinasikan dengan kementerian atau instansi terkait seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan atau TNI," ujarnya di sela-sela acara 2014 IEEE International Conference on Aerospace Electronics and Remote Sensing (ICARES) Technology, Kamis (13/11/2014).
Kedua jenis teknologi pemantauan tersebut, ujarnya, dapat dimanfaatkan untuk mengawasi wilayah perairan Indonesia dari jarak jauh.
Dengan teknologi tersebut, pihaknya dapat memberikan berbagai rekomendasi dari hasil penginderaan jauh.
Dia mencontohkan antara lain potensi kekayaan dalam laut wilayah-wilayah perairan tertentu maupun titik-titik yang potensial untuk pembangunan pelabuhan.
Dia melanjutkan melalui pengembangan teknologi penginderaan jarak jauh pula, pemerintah akan mengetahui apabila ada kapal-kapal asing atau kapal ilegal yang memasuki wilayah perairan RI.
"Hal ini akan membantu mempermudah pengawasan dan tugas yang dilakukan pemerintah," katanya.
Dalam konferensi yang digelar di Sheraton Mustika Yogyakarta itu, para peneliti dari berbagai Negara membahas hasil penelitian mengenai pemanfaatan pesawat tanpa awak (UAV), teknologi satelit mikro, dan aplikasi penginderaan jauh di wilayah tropis.
UAV, satelit mikro, dan penginderaan jauh menjadi komponen yang penting dalam pembangunan wilayah.
UAV saat ini, ujarnya, telah menjadi kebutuhan pemantauan negara karena dapat memberikan data yang akurat.
Kelebihan lainnya, lanjutnya, biaya pemantauan menggunakan UAV lebih murah jika dibandingkan dengan menggunakan pesawat terbang berpenumpang ataupun dengan kapal laut.
"Selain itu, UAV juga memiliki risiko yang lebih kecil bila dioperasikan dalam lingkungan yang sulit seperti cuaca ekstrem," ujarnya.
Dia mengemukakan kebutuhan data penginderaan jauh saat ini sangat tinggi.
Data tersebut selama ini diperoleh melalui satelit penginderaan jauh.
Hanya saja, teknologi ini menghadapi tantangan di wilayah tropis seperti Indonesia lantaran kerap diliputi awan sepanjang tahun.
"Sehingga satelit penginderaan jauh bersensor optis yang banyak dipergunakaan saat ini tidak mampu menyediakan citra yang bersih."
Dia melanjutkan, satelit mikro juga tidak kalah penting untuk dikembangkan. Teknologi sangat diperlukan karena menjadi sasaran bagi para peneliti untuk membangun satelit.
"Satelit mikro yang diberi nama LAPAN A2 siap diluncurkan pertengahan tahun depan," ujarnya.
Dia menjelaskan satelit Lapan A-2/ORARI dilengkapi dengan Automatic Identification System (AIS) untuk mengidentifikasi objek-objek yang berada di wilayah perairan jauh secara visual plus data objek tersebut. Dia mengemukakan paling tidak ada 1.000 kapal yang dapat dideteksi oleh Teknologi AIS dalam waktu 15 menit.
"Saat ini, dia [LAPAN A-2] ada di Bogor dan siap untuk diluncurkan," tegasnya.
Kepala Pusat Teknologi Satelit LAPAN Suhermanto menambahkan satelit LAPAN A-2/ORARI mengorbit wilayah khatulistiwa dan hadir di atas langit Indonesia sebanyak 14 kali dalam sehari.
Hal tersebut jauh lebih baik dibandingkan seri sebelumnya, yakni LAPAN A-1 yang mengorbit melalui daerah kutub dan hanya melintas sebanyak 2-3 kali dalam sehari.
"Semua kapal-kapal yang masuk ke wilayah tangkapan satelit wajib mengirimkan sinyal dan akan ditangkap oleh satelit. Dengan LAPAN A-2, ini bisa ditangkap secara record, bisa juga real time. Dan intensitasnya lebih sering," katanya.
Menurut dia, sebenarnya satelit A-2 sudah selesai pada 2012. Namun karena terkendala peluncuran, yakni ketiadaan roket yang dapat menempatkan satelit ke orbit, pihaknya harus menjalin kerja sama dengan pihak luar.
"Kami lalu bekerja sama dengan India," katanya.
Konsultan Program Satelit Arifin Nugroho menambahkan di dalam konferensi tersebut, LAPAN menerima 43 makalah yang dibuat oleh peneliti dari 14 negara, termasuk dari Jerman, Inggris, AS, Jepang, India, Hungaria, dan negara tetangga Singapura.
"Harapannya akan muncul teknologi-teknologi baru yang bermanfaat buat kehidupan bangsa dan negara," ujarnya.
INGIN BACA INFORMASI LAINNYA? SILAKAN KLIK