Bisnis.com, JAKARTA — Produsen sepatu menyatakan tidak keberatan terhadap kenaikan standar minimum upah buruh asalkan pergerakannya dapat diperkirakan secara pasti dari tahun ke tahun.
Sekretaris Jendaral Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Binsar Marpaung mengatakan kenaikan upah buruh yang tak bisa diprediksilah yang menimbulkan sentimen negatif bagi pelaku industri terutama di sektor padat karya seperti persepatuan.
"Sekarang yang mengganggu bisnis sebetulnnya adalah upah buruh yang sulit diprediksi. Kalau naik, tidak masalah asalkan masuk akal," tuturnya kepada Bisnis seusai pembukaan pamrean produk industri kulit dan barang jadi kulit 2014, di Jakarta, Selasa (11/11/2014).
Menyongsong 2015 pelaku industri harus mewaspadai sejumlah hal yang berpotensi melambungkan biaya produksi. Setelah kenaikan tarif dasar listrik bertahap sejak Mei disambung rencana penaikan harga bensin bersubsidi selanjutnya penaikan upah buruh.
Rencana penaikan harga bahan bakar miyak (BBM) bersubsidi bisa jadi tak terlanggu mengganggu pelaku bisnis dari sisi produksi. Kalaupun ada gejolak paling tidak hanya terjadi pada ongkos logistik.
Tapi pada sisi tenaga kerja, lonjakan harga premium dan solar dirasakan bakal semakin menggerus daya beli. Pada akhirnya kondisi ini bakal menjadi bahan pertimbangan tambahan bagi pekerja dalam menuntut penaikan upah.