Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

EKONOMI INDONESIA: Pertumbuhan Melambat, Ini Kata Apindo

Tren perlambatan ekonomi Indonesia menjadi momentum pemerintahan Presiden Joko Widodo untuk melakukan identifikasi beberapa aspek yang dinilai masih mampu menjadi akselerator produk domestik bruto mengingat target tahun depan ekonomi Indonesia tumbuh 5,8%.
 Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Franky Sibarani
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Franky Sibarani

Bisnis.com, JAKARTA - Tren perlambatan ekonomi Indonesia menjadi momentum pemerintahan Presiden Joko Widodo untuk melakukan identifikasi beberapa aspek yang dinilai masih mampu menjadi akselerator produk domestik bruto mengingat target tahun depan ekonomi Indonesia tumbuh 5,8%.

Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan perekonomian Indonesia kuartal III/2014, hanya mampu tumbuh 5,01% (year on year). Capaian itu merupakan level terendah sejak kuartal III/2009 yang berada di posisi 4,27%.

Tren anjloknya perekonomian Indonesia itu sudah dimulai sejak kuartal II tahun lalu sebesar 5,76% setelah tiga tahun sebelumnya masih mampu bertengger tidak kurang dari 6%.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Franky Sibarani mengatakan capaian tersebut memang sejalan dengan perlambatan ekonomi dunia. Apalagi, lanjutnya, selama ini Indonesia masih menggantungkan nasib dari ekspor ke China dan beberapa negara di Eropa yang perekonomiannya sekarang juga sedang melambat.

"Makanya cari negara tujuan ekspor baru dengan penggenjotan industri-industri yang masih mampu mendorong perekonomian kita," ujarnya, Rabu (5/11/2014)

Franky mengatakan harus ada konsolidasi pemerintah dengan industri, seperti industri hilirisasi, substitusi barang baku, dan barang modal. Pemerintah, sambungnya, harus cepat mengidentifikasi bahan baku apa saja yang banyak diimpor yang pada gilirannya ditindaklanjuti dengan mengembangkan industri bahan baku itu.

Dalam realisasi kuartal III/2014, realisasi pertumbuhan ekspor barang dan jasa 21,97% memang mengalami perlambatan dari periode yang sama tahun lalu 22,40%. Realisasi pertumbuhan impor barang dan jasa 23,63% pun mengalami perlambatan dari capaian periode yang sama tahun lalu 24,63%.

Franky mengatakan sekitar 70% bahan baku industri Indonesia masih impor. Artinya, perlambatan impor bisa jadi menunjukkan adanya penurunan kinerja industri yang seharusnya mampu menopang pertumbuhan ekonomi nasional.

Lesunya industri juga didukung dengan gambaran data impor bahan baku/penolong jangka Januari-September tahun ini hanya mencapai US$102,8 miliar atau anjlok 3,8% dari tahun lalu US$106,8 miliar.

Impor barang modal pun melanjutkan penurunan 6,9% setelah tahun lalu anjlok 16,9% menjadi US$23,7 miliar. Pada saat yang sama, kinerja industry pengolahan kuartal III/2014 melambat dengan pertumbuhan mendekati 5%. Setahun lalu, manufaktur melesat 6,8%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nurbaiti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper